Eva Bachtiar Menyelamatkan Limbah Pangan di Negeri yang Lapar

By Fikri Muhammad, Senin, 27 April 2020 | 09:00 WIB
Eva ()

Nationalgeographic.co.id—Tren limbah makanan di Bulan Puasa sungguh mengkhawatirkan. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? "Itu berpengaruh pada perubahan gaya hidup masyarakat karena lapar mata saat berpuasa," kata Eva Bachtiar.

Setahun silam, ungkap Eva, pembelian makanan meningkat 50 persen. Sementara itu jumlah limbah makanan di tempat pembuangan akhir telah meningkat sampai 20 persen dari periode pada tahun sebelumnya.

Eva Bachtiar merupakan salah satu pendiri Garda Pangan. Yayasan ini sudah terdaftar secara resmi pada 2018, tujuannya pada penyelamatan makanan berlebih.

Sebelum Garda Pangan terbentuk Eva dan lainya melakukan sebuah survei sepanjang 22 Agustus sampai 4 September 2017 di Surabaya. Hasil memperlihatkan 92 persen publik yakin makanan itu harus dihabiskan. Sedangkan 8 persen publik mengatakan tidak mengapa bila tidak dihabiskan.

Namun hal ini belum tentu dipraktekkan dalam kehidupan nyata, demikian menurut Eva saat menyampaikan dalam diskusi daring Inspirasi Perempuan Untuk Perubahan Lingkungan.

National Geographic Indonesia dan Saya Pilih Bumi sepanjang tahun ini menggelar kampanye #PerempuanUntukPerubahan dan #BerbagiCerita. Gagasan baru ini dikemas dalam diskusi daring bertajuk "Inspirasi Perempuan untuk Perubahan Lingkungan" pada 25-26 April 2020. (National Geographic Indonesia)

Diskusi ini digelar oleh National Geographic Indonesia dan Saya Pilih Bumi. Sepanjang tahun ini, bingkai kuning akan mengampanyekan #PerempuanUntukPerubahan dan #BerbagiCerita. Gagasan baru ini dikemas dalam diskusi daring pada 25-26 April 2020. Enam perempuan bercerita tentang gagasan dan upayanya mewujudkan Bumi yang lebih baik.

Bagi warga yang bersantap di rumah, sebanyak 54 persen cenderung menghabiskan makanan dan 46 persen cenderung menyisakan makanan. Bagi warga yang bersantap di luar, 40 persennya memilih menghabiskan makanan, sedangkan 60 persen menyisakan makanan.

"Pada makanan yang tidak habis itu ada yang dibungkus, di donasikan, dimakan nanti, atau dibuang begitu saja. Inilah yang menjadi limbah makanan," ucap Eva.

Selain itu, dia memaparkan bahwa Indonesia adalah negara sampah makanan makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Rata-rata satu orang Indonesia bisa membuang 300 kilogram makanan.

Limbah makanan berdampak pada kerugian ekonomi, demikian hemat Eva. Jika limbah makanan bertumpuk di TPA, akan menghasilkan metana. Sebesar 23 persennya berkontribusi terhadap pemanasan global. Sementara di sisi lain, 19,4 juta orang Indonesia masih berjuang terhadap kelaparan. "Itulah cikal bakal Garda Pangan. Mengalokasikan makanan yang terbuang kepada orang yag membutuhkan," tuturnya

Baca Juga: DK Wardhani: Melindungi Lingkungan dengan Rumah Tangga Minim Sampah