Nationalgeographic.co.id - Penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) 2020 akan tetap diselenggarakan pada 5 Desember 2020 dan malam nominasi pada 7 November 2020.
Aktor Lukman Sardi sekaligus Ketua Komite FFI tahun ini mengatkan bahwa pelaksanaan tahun ini berbeda karena komite dan tim kerja mempersiapkanya dengan segala kemungkinan.
"Misalnya malam nominasi November, kalau keadaanya memungkinkan kita akan menjalankanya di satu tempat dengan protokol yang ketat seperti jumlah orang, lokasi, dan sebagainya. Lalu, kita juga menyiapkan via virtual. Termasuk malam anugrah, kita juga menyiapkan dua alternatif. Memang lebih double kerjanya. Apa pun itu bentuknya tidak mengurangi Festival Film Indonesia," ucapnya pada Konferensi Pers Daring Peluncuran Festival Film Indonesia (16/06/2020).
Baca Juga: Bangkitnya Perfilman Korea Selatan Sebagai Identitas Nasional
Saat ini FFI telah mengumpulkan 53 judul film panjang sejak 1 Oktober 2019 sampai 15 Maret 2020 lalu yang sudah ditayangkan di bioskop dan layanan Over The Top (OTT) kata Komite Penjurian FFI, Nia Dinata.
Film lain seperti dokumenter, film pendek, dan animasi juga akan diikutsertakan dalam penilaian yang telah dikumpulkan melalui komunitas.
Tahun ini, FFI melakukan keleluasaan terhadap film-film yang belum tayang sejak 15 Maret 2020. Mereka yang tayang di bioskop, drive in cinema, dan OTT juga berkesempatan untuk mendapat penjurian selain 53 film yang sudah masuk sebelumnya sampai 30 September 2020.
"Sambil menanti bulan Agustus nanti kalau bioskop buka, kita masukkan ke daftar seleksi. Untuk film yang tidak tayang virtual, kita kerjasama dengan produser masing masing untuk memasukkan screener yang tertutup untuk para kurator," ucap Nia di acara yang sama.
Selain itu, tahap penjurian dan seleksi masih mengikuti format yang sama di tahun sebelumnya. Untuk tahap seleksi, sebagai tahap awal perjalanan panjang menuju penominasian dan penganugerahan akan dikuratori oleh berbagai profesi. Yakni akademisi, jurnalis, dan aktor.
Nama-nama tersebut diantaranya Nungki Kusumastuti, Prima Rusdi, Hera Diani, Makbul Mubarak, Tam Notosusanto, Rangga Wisesa, Lulu Ratna, Yustinus Kristanto, Fransiska Prihadi, Alia Damaihati, Amelia Hapsari, Dimas Erdhinta Pratama Putra, Wahyu Aditya, Chistian Aditya, dan Romy Oktaviansyah yang melanjutkan tugas sebagai kurator seperti tahun sebelumnya.
Memperkuat nama-nama kurator tersebut, kini bergabung jurnalis senior Leila S. Chudori. Mereka akan menonton ke-53 film yang sudah memenuhi syarat diputar di bioskop.
Baca Juga: Rowan Atkinson Dengan Mr. Bean Sebagai Permadani Budaya Populer
Untuk dasar penilaian utama di tahap seleksi, masih berpegang teguh pada kualitas teknis dan estetika. Berikutnya adalah profesionalisme kerja yang tercermin dari filmnya sendiri lalu orisinalitas cerita.
Nia menambahkan: “Kami juga masih mengusung keberagaman. Film-film yang akan terseleksi ada perspektif keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika. Apa yang terjadi secara sosial di Amerika pasti mempengaruhi seperti Black Lives Matter, artinya kita sebagai manusia harus menghormati manusia tidak dari warna kulit, latar belakang, agama dan etnisitasnya. Keberagaman yang kita pertajam maksudnya adalah seperti itu. Film-film yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang setara akan kami pilih.”
FFI pun sudah memulai pekerjaanya sejak Januari 2020 lalu.
"Sebelum mengetahui ada pandemi, kita sudah bekerja dan brainstorming dengan Dirjen Kebudayaan. Saat pandemi menyerang kita, beberapa program seperti malam anugerah 5 Desember dan nominasi 7 November, itu kita hati-hati sekali memikirkanya untuk tetap mengadakanya atau tidak. Dengan segala fleksibilitas yang disesuaikan dengan pandemi, kami tetap melaksanakannya," pungkasnya.