Nationalgeographic.co.id - Setelah 30 tahun lamanya--sejak 1 Januari 1990--debut di ITV dengan audiens 13,45 juta, Mr. Bean telah menjadi karakter komedi yang dipuja.
Bean telah menjadi begitu akrab sebagai permadani budaya pop, sehingga sulit untuk melewatkan bahwa betapa mencoloknya dia, tulis Benjamin Kooyman pada The Conversation (31/12/2019).
Bean adalah karakter komedi tanpa tutur kata (komedi bisu). Karakter ini memperluas silsilah komedi seperti Charlie Chaplin, Buster Keaton, Harold Lloyd, Harpo Marx dan Jacques Tati.
Bean begitu dikenal luas dan dicintai. Tidak adanya dialog justru membuat acaranya menjadi hit global. Melampaui perbedaan bahasa dan budaya untuk diputar di hampir 250 negara.
Baca Juga: Sejarah Pac-Man, Lingkaran Pizza yang Representasikan Budaya Populer
Mengapa Mr. Bean menjadi sebuah kreasi yang dicintai? Kooyman mengajak kita untuk memikirkan sebuah sketsa ikonik dari komedi bisu: Harold Lloyd yang tergantung di menara jam, kereta komando Buster Keaton untuk konfederasi, tubuh Chaplin yang berselancar melalui jaringan roda gigi mekanik yang besar. Semua hal itu ada di sketsa-sketsa Mr. Bean.
Kacang di kolam renang, di kursi dokter gigi, menghibur anak yang sakit di pesawat, dan makan siang di taman. Semua adegan komedi itu indah, adegan-adeganya direkam dengan nuansa kaset video lama dan berada di lingkungan yang akrab dengan kita.
Karakteristik Bean sudah kuat sejak episode pertama. Saat dia mengikuti ujian. Di situ diperlihatkan Bean yang mulanya percaya diri dengan trigonometri dan memunculkan sikap ambisius untuk bersaing, luntur karena ia mengambil kertas ujian yang salah. Bean menjadi panik dan berusaha mencontek orang disebelahnya.
Sketsa tersebut memperkenalkan motif Bean yang berusaha meniru perilaku manusia dan kegiatan sehari-harinya. Namun ia seringkali gagal dan membuat orang lain marah.
Mr. Bean memiliki sifat seperti anak kecil. Atkinson pernah mengatakan bahwa Bean ialah "seorang anak dalam tubuh pria dewasa".
Bean menjadi headline di 14 episode televisi dari 1990 hingga 1995, dua film fitur dan serial animasi, dan muncul dalam berbagai film pendek, sketsa dan bahkan Olimpiade 2012.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR