Rusaknya Habitat Hingga Perburuan Liar Jadi Tantangan Bagi Kelestarian Harimau

By Fathia Yasmine, Rabu, 17 Juni 2020 | 14:39 WIB
Seekor harimau sumatra saat dilepasliarkan ke habitatnya di salah satu kawasan konservasi. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

Hal inilah, lanjut Nurhamidi, yang memotivasi Tim PHS-KS untuk tanpa henti berpatroli untuk mencegah perburuan. Selain itu, menginvestigasi kasus-kasus perburuan liar terhadap harimau sumatera.

Baca Juga: Foto-foto dari Penemuan Makam Tutankhamun Pada 1922 Dibuat Berwarna

“Kami memiliki informan dan menelusuri dari media sosial serta berita mengenai perburuan untuk menentukan lokasi patroli dan durasinya,” kata Nurhamidi.

Ia mengakui bahwa investigasi satu kasus perburuan liar tidaklah mudah. Investigasi haruslah dilakukan secara mendalam. Belum lagi dengan adanya jerat dari pemburu yang juga mengancam nyawa para anggota tim patroli.

“Pernah ada satu kejadian, 4 tim patroli semuanya terkena jerat ketika bertugas,” kisah Nurhamidi.

Beruntungnya, patroli selama periode 2012-2019 membuahkan hasil dengan masih adanya temuan indikator keberadaan harimau dengan total 1.223 indikator. Hal ini ditandai dengan adanya tapak, goresan, kotoran, dan suara harimau di lokasi.

Baca Juga: Teknologi Machine Learning Bantu Selamatkan Pelestarian Orangutan

Merekam investigasi dan upaya PHS-KS dalam sebuah buku

Seluruh investigasi dan perjalanan Tim PHS-KS dalam menyelamatkan harimau sumatera dari perburuan liar menginspirasi seorang penulis, Agus Prijono, untuk mendokumentasikannya dalam sebuah buku berjudul Garda Harimau.

Ia tergerak untuk ikut dalam setiap kegiatan patroli rutin PHS-KS untuk merekam semua kegiatan penyelamatan harimau sumatera .

Buku tersebut diluncurkan pada “SDG Virtual Talks: Pupusnya Pusparagam Kehidupan Bumi” yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup.  

Menggunakan konsep storytelling dan rekonstruksi, pembaca diajak untuk merasakan secara langsung kisah epik tentang suka duka dan perjuangan para tim pejuang Harimau dalam enam bab tulisan.

Baca Juga: Leonardo da Vinci Ubah Pemetaan dari Seni Menjadi Sains

“Kisah ini biasanya hanya diceritakan dari mulut ke mulut, tidak banyak yang tahu tentang perjuangan tim selama berada di lapangan,” ujar Agus.

Tidak hanya kegiatan PHS-KS, buku tersebut turut menceritakan bagaimana strategi, investigasi, hingga penegakan hukum yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama tim PHS-KS. Baik di dalam maupun di luar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat.