Cerita Kobek Millenial Papua Sulap Tempurung Kelapa Jadi Benda Bernilai Tinggi

By Fathia Yasmine, Jumat, 27 November 2020 | 18:29 WIB
Proses pengerjaan tempurung kelapa (National Geographic Indonesia)

Di sanalah barang-barang kerajinan disimpan sebelum dipasarkan. Isinya yang mulai penuh, membuat para pengrajin meletakan sisa kerajinan di lantai. Ruangan yang mulai terasa sesak, membuat barang-barang lain turut diletakan di lantai secara melingkar berdasarkan urutan proses pembuatan.

Sembari mempraktikkan proses pembuatan kerajinan kobek, Mama Yane pun menjelaskan bagaimana kehadiran Kobek Millenial Papua memberdayakan masyarakat setempat.

Ia menceritakan kisah tercetusnya pengembangan Kobek Milenial Papua, yang menurutnya tak lepas dari peran PT Pertamina (Persero) dalam memberikan pelatihan keterampilan dan membantu memasarkan hasil kerajinan komunitas yang diasuhnya tersebut.

Mama Yane dan tim Kobek Milenial Papua (National Geographic Indonesia)

Berawal dari inovasi dan pelatihan

Sebelum menggagas Kobek Milenial Papua, Mama Yane merupakan seorang pengrajin kerajinan barang bekas. Awalnya ia mengandalkan sampah sedotan, tutup botol, dan sampah plastik lainnya sebagai bahan untuk membuat karyanya.

Setelah selama 20 tahun membuat kerajinan tersebut, seiring waktu semakin banyak pengrajin yang membuat kesenian serupa. Mama Yane pun tergerak untuk menghasilkan inovasi baru melalui penggunaan tempurung kelapa. Perjuangannya selama empat tahun terakhir dengan para pengrajin lain perlahan membuahkan hasil.

Pada 2019, Mama Yane bertemu dengan perwakilan Pertamina dan mendapatkan pendampingan untuk belajar selama lima hari di Chumplung Adji Craft Bantul, Yogyakarta.

Sekembalinya dari Kota Gudeg, Mama Yane atas dukungan Pertamina pun mendirikan rumah produksi Kobek Millenial Papua.

Baca Juga: Perjalanan Ramah Lingkungan dengan Bahan Bakar dari Sampah Plastik

Kehadiran mesin produksi serta pendampingan yang diberikan Pertamina, diakui Mama Yane memberi banyak manfaat. Terutama dalam memberikan inspirasi terhadap desain produk yang akan dikembangkan.

“Pulang dari Yogya, Pertamina bangun rumah produksi dan datangkan mesin-mesin ini. Baru kita mulai duduk kerja-kerja. Anak-anak buka saja di Youtube. Oh, ini bikin begini-begini. Mereka tidak pergi belajar, Mama yang pergi belajar untuk dapat mesin. Mereka tinggal buka-buka saja di Youtube dan kerjakan barang-barang ini,” ujar Mama Yane.