Cerita Kobek Millenial Papua Sulap Tempurung Kelapa Jadi Benda Bernilai Tinggi

By Fathia Yasmine, Jumat, 27 November 2020 | 18:29 WIB
Proses pengerjaan tempurung kelapa (National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id – Tempurung kelapa kerap dianggap sebagai limbah sisa rumah tangga. Tidak banyak yang tahu bahwa limbah ini dapat disulap menjadi kerajinan bernilai seni tinggi. Dengan sentuhan tangan-tangan kreatif, tempurung kelapa dapat berubah menjadi indah.

Hal inilah yang ditemukan Tim National Geographic Indonesia saat mengunjungi rumah produksi Kobek Millenial Papua di Papua, Jumat (20/11/2020).

Kobek Millenial Papua adalah komunitas pengrajin tempurung kelapa yang dibentuk pada 2016. Komunitas ini mengambil nama kobek yang dalam bahasa Biak—kota asal sebagian besar anggota komunitas—berarti kelapa. 

Di tangan mereka, tumpukan tempurung kelapa dapat berubah bentuk menjadi aksesoris seperti anting-anting dan gantungan kunci. Selain itu, benda fungsional seperti cangkir, mangkuk, teko, hingga hiasan miniatur pohon dan kapal. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Baca Juga: Mengamati Maleo dan Menelusuri Peninggalan Megalitikum di Lore Lindu

Proses pembuatan kerajinan ini pun unik. Para pengrajin mengandalkan pecahan dari botol kaca bekas kemasan minuman dan kertas amplas untuk membersihkan permukaan tempurung hingga berwarna cokelat mengkilap.

Selanjutnya, tempurung kelapa dipotong sesuai pola benda yang akan dibuat. Pada proses ini para pengrajin memanfaatkan mesin potong modern.

Para pengrajin pun mulai menggunakan kacamata dan masker untuk mencegah serpihan debu masuk dan terhirup.

“Kita bersihkan tempurung kelapa mulai dari bagian dalam lalu bagian luar. Habis itu kita pindah mesin amplas kasar trus ini amplas setengah kasar dan halus lalu ke mesin potong,” ujar Mama Yane Maria Nari, pengasuh Kobek Millenial Papua.

Baca Juga: Lestarikan Budaya Bali, Penari Kolok di Desa Bengkala Bertahan Tunjukkan Eksistensi di Tengah Pagebluk

Mama Yane menjelaskan, lama pengerjaan setiap benda hasil kerajinan tempurung bervariasi tergantung kesulitan dan kerumitannya.

Komunitas pengrajin ini berkarya di dalam rumah berukuran 6x4 meter inilah, para pengrajin berjibaku menggunakan berbagai alat dan mesin. Sepintas, terlihat juga sebuah rak berukuran sedang, bersandar di bagian pojok kanan dinding.