Cerita Kobek Millenial Papua Sulap Tempurung Kelapa Jadi Benda Bernilai Tinggi

By Fathia Yasmine, Jumat, 27 November 2020 | 18:29 WIB
Proses pengerjaan tempurung kelapa (National Geographic Indonesia)

Dalam sebulan, rumah produksi ini mampu menghabiskan hingga 500 buah kelapa. Kelapa yang digunakan adalah kelapa tua atau mengkal. Tempurungnya lebih coklat dan kuat dibanding kelapa muda. Mama Yane biasa membeli kelapa yang dijual tanpa kulit luar dengan harga Rp 1.000 per bijinya.

Meski begitu, tak jarang Mama Yane membeli kelapa utuh dengan harga lebih murah untuk dimanfaatkan seluruh bagiannya. Kulit luar bisa dipakai sebagai pot bunga, bahkan serbuknya dapat dibuat sebagai campuran lem untuk menyerupai warna tempurung.

Baca Juga: Bepergian Jauh Lebih Nyaman dengan Mobil Besar, Mitos atau Fakta?

“Ini tidak dibuang-buang. Semua kita pakai, dia punya serabutnya terus tempurungnya, isi kelapanya itu kita bawa pergi ke tukang parut kelapa. Dia parut untuk kita buat minyak kelapa untuk dipakai atau dijual,” kata Mama Yane.

Pelatihan dan peningkatan omzet 

Melalui pelatihan dan pengembangan usaha dari Pertamina, Mama Yane kerap mendapat undangan untuk memamerkan hasil karyanya dalam berbagai acara yang diselenggarakan di Kota Jayapura.

Kehadiran media sosial seperti Facebook dan Instagram turut diperkenalkan Pertamina kepada Mama Yane sehingga ia nantinya tidak hanya mengandalkan penjualan secara offline, tetapi juga online ke berbagai daerah di luar Papua.

Hasil karya Kobek Milenial Papua (National Geographic Indonesia)

Pertamina juga mendorong pembuatan logo Kobek Millenial Papua sebagai bagian dari branding. Gambarnya berupa dua belahan tempurung kelapa. Berapa jenis kerajinan juga  sudah dikemas secara rapi dengan dilengkapi logo dan nama, nomor kontak dan akun sosial media Kobek Millenial Papua untuk memperkenalkan kerajinan dari rumah produksi ini.

Lewat program CSR Pertamina pula, Kobek Millenial Papua terdata dalam database pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Disperindag Kota Jayapura.

Selain itu, Kobek Millenial Papua serta menjadi kelompok pelaku UMKM prioritas pendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021. Kobek Millenial Papua pun didapuk sebagai pionir dalam pembuatan kerajinan daur ulang kelapa dengan teknologi modern.

Harga produk yang dimiliki oleh Kobek Millenial Papua sendiri cukup bervariasi tergantung kerumitan pembuatannya. Miniatur kelapa dijual dengan harga Rp 200.000, miniatur kapal Rp 2.000.000, lampu hias Rp 1.500.000, sepaket teko dengan lima cangkir Rp 250.000. Yang paling murah adalah gantungan kunci dengan beragam bentuk dengan harga Rp 25.000.

Baca Juga: Aman dari Paparan Virus hingga Menyehatkan Mental, Berikut Keuntungan Road Trip

Penghasilan dari berjualan kerajinan ini pun diakui Mama Yane telah membantu dirinya untuk menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hariannya.

Ia juga yakin, produksi kerajinan tempurung kelapa yang sekarang dipimpinnya bersama dengan empat pengrajin yang juga berada dalam kelompok ini, akan terus berkembang,.

“Harapan saya Kobek Millenial Papua terus berkembang. Sekarang (sudah) banyak yang membantu supaya ke depan dia lebih lancar,” ujarnya.

Mama Yane akan terus berproduksi di rumah yang berlokasi di belakang kediaman Mama Yane di wilayah Dok VIII Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura, tepatnya di Jalan Sungai Tami, RT 03 dan RW 01, Kelurahan Imbi.

Dari rumah yang berlokasi di ketinggian, dengan pemandangan ke arah utara berupa hamparan  kota Jayapura dan Samudra Pasifik tersebut karya-karya kreatif Kobek Millenial Papua akan merambah seluruh Indonesia.