Memulihkan Kembali Tambang-tambang Timah Bangka Usai Eksploitasi

By Fikri Muhammad, Rabu, 2 Desember 2020 | 21:36 WIB
Wisata Aik Ketok, merupakan salah satu destinasi pariwisata eks tambang di Kampung Menjelang Baru, Muntok, Bangka Barat. Namun kondisinya terbengkalai sejak pandemi COVID-19. Terlihat kerangka bangunan miring ke kanan tak terurus. (Fikri Muhammad)

Ia mencoba menciptakan peluang baru. Salah satunya, menjadikan bekas tambangnya di Aik Biat untuk pariwisata. Proyek ini dalam tahap pembangunan. Namanya Kaldera Nature Park yang memiliki luas 39,366 ha.  Proyek ini menyulap bekas tambang menjadi restoran, kolam pemandian, vila, budidaya ikan, wisata kano, dengan miniatur Pulau Bangka yang berada di tengahnya.

Baca Juga: Kisah Masyarakat Adat Terbaik, Suku di Pedalaman Amazon Ini Berhasil Usir Perusahaan Tambang Minyak.

Bekas tambang milik Eddy Nayu di Aik Biat. Terlihat kano dan miniatur mercusuar sebagai landmark Bangka Barat. (Fikri Muhammad)

Proyek ini dimulai sejak tahun 2013 dengan dana pribadi. Pertama-tama ia mulai dari perataan tanah. Kemudian ditanami karet supaya penambang ilegal tidak masuk. Lalu karet-karet itu kemudian ditebang sebagian dan dibentuk menjadi suatu daratan yang dikelilingi oleh kolam air.

Alasan Eddy menjadikan eks tambangnya menjadi pariwisata karena ingin membuktikan bahwa tambang yang sudah tidak produktif masih memiliki peluang usaha. Sebagai penambang, ia juga merasa memiliki beban moral.

“Karena kita ada beban moral, mau ga mau kita kan penghancur. Kita udah hancurin tanah itu, gimana caranya kita bisa memperbaiki lagi. Sekarang kan kita mau kembangin lagi, gimana caranya daerah itu bisa bermanfaat bagi orang lain lagi. Dengan wisata kita bisa perbaiki alam yang rusak,” kata Eddy.

Menjadikan eks tambang sebagai lokasi pariwisata belum banyak terjadi di Muntok. Beberapa pegusaha tambang menganggap Eddy adalah orang bodoh karena menyia-nyiakan investasi yang belum jelas keuntunganya. Eddy berharap, kelak jika pariwisata eks tambang ini sukses dan pengusaha lain dapat mengikuti jejaknya.

“Mungkin sekarang gini, mereka (penambang) belum sadar dengan manfaat yang ada di sekelilingnya. Aku inginnya orang lain mikir juga. Kalo aku berhasil aku pengen dia iri sama aku. Ingin dia buka pariwisata juga. Memang kalau kita bangun pariwisata butuh pengorbanan, tidak satu dua bulan tapi tahunan. Dari Bangka Barat ini apa yang bisa kita jual kita perlu mikir itu. Apa yang bisa buat orang tertarik ke tempat kita,” tutup Eddy.

Bekas tambang milik Eddy Nayu di Aik Biat. Terlihat restoran yang sedang dalam tahap pembangunan. (Fikri Muhammad)

Eks tambang yang jadi pariwisata di Muntok tidak hanya di lahan Eddy saja. Beberapa sudah ada seperti Aik Ketok, sebuah lokasi bekas tambang yang memancarkan pesona air jernih berwarna biru. Namun tidak bisa bertahan lama. Sejak pandemi COVID-19 pariwisata itu tidak terurus kembali.

Juga ada di Belo yang viral beberapa waktu lalu karena masyarakat suka duduk-duduk di sana sambil swafoto. Karena air tambang yang bening, lama kelamaan lokasi itu terkenal dari mulut ke mulut. Masyarakat pun menamainya Kolong Aik Bening.

Ternyata tambang itu milik pengusaha bernama Alfahri. Ia bukanlah seorang penambang. Lahan itu dibeli dari seorang teman pada tahun 2010. Kini, Kolong Aik Bening dijadikan restoran oleh Alfahri yang dinamakan Aroma Dusun.