Kisah Surat Wiyoto, Melindungi Hidup Merak Hijau Demi Lestarikan Reog Ponorogo

By Yussy Maulia, Senin, 30 November 2020 | 14:17 WIB
Burung merak hijau di penangkaran Pak Surat Wiyoto di Madiun. ()

“Biasanya menggunakan bulu ekor merak biru India (Pravo cristatus) yang diimpor lewat jalur tidak resmi. Kelangkaan ini membuat reog ponorogo terkendala (kelestariannya),” ujarnya.

Mengantongi izin, penangkaran merak milik Surat dapat memenuhi stok kebutuhan bulu merak hijau. Namun, kendala lagi-lagi datang. Surat tidak dapat mengembangkan penangkarannya dan terkendala soal biaya pakan.

Melihat hal ini, PT Pertamina Integrated Terminal Surabaya bekerja sama dengan BBKSDA Jawa Timur dan Yayasan Action membantu pusat penangkaran merak hijau milik Surat dengan membangun Pusat Konservasi Merak Hijau.

Pertamina memberikan pembinaan, pendampingan, serta pemberian bantuan pakan. Dukungan tersebut memungkinkan Surat melebarkan area penangkarannya. Kini Pusat Konservasi Merak Hijau yang ia kelola memiliki luas 800 meter persegi dengan jumlah merak hijau sebanyak 37 ekor.

Baca Juga: Berkat Konservasi, 48 Spesies Burung dan Mamalia Berhasil Diselamatkan dari Kepunahan

Dukungan Pertamina ini sejalan dengan visi konservasi budaya dan lingkungan.

“Pusat Konservasi Merak Hijau diharapkan memberikan ketersediaan bahan baku bagi kesenian Reog Ponorogo dan mendukung upaya pelestarian budaya kesenian Reog Ponorogo,” ujar Tri. Sebagai informasi, dalam setahun seniman reog di Ponorogo memerlukan 18.000 hingga 30.000 helai bulu merak untuk membuat dadhak merak.

Pusat Konservasi Merak Hijau ini tidak hanya mendukung konservasi kesenian reog ponorogo, tetapi juga dijadikan induk awal pengembangan program penyangga kawasan konservasi. Dua di antaranya Cagar Alam Gunung Picis dan Cagar Alam Gunung Sigogor.

Tak hanya memelihara keberlanjutan kesenian

Upaya Pertamina dalam mewujudkan sustainability (keberlanjutan) tidak hanya dilakukan di ranah lingkungan dan budaya, tetapi juga sosial. Salah satunya seperti yang dilakukan di RW 04 Pulo Wonokromo Wetan, Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.

Baca Juga: Kematian Seorang Warga Picu Pembantaian 292 Buaya di Papua Barat

Pada 2016, warga di kampung tersebut harus mengalami kemalangan berkali-kali, sebab lingkungan tempat tinggal mereka yang padat dan berhimpitan rentan kebakaran. Rumah-rumah penduduk dilahap api sebanyak 15 kali. Setidaknya, itulah yang tercatat dalam data Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Surabaya.