Jelang 400 Tahun Kastel Batavia, Arkeolog Menyingkap Satu Bastionnya

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 27 April 2021 | 08:06 WIB
Pagi menjelang di Kastel Batavia, dilihat dari timur laut ke arah barat daya. Pemandangan kastel sekitar 1627, tampak Bastion Saphier dan Bastion Parel belum rampung dibangun. Dinding-dindingnya dibangun dari batu koral asal pulau-pulau Teluk Batavia. Impresi seniman berdasar catatan dan peta 1627. (Rob Tuytel/Westfries Museum)

Sejak awal Agustus 1619, sejatinya Jan Pieterzoon Coen sudah resah tentang keadaan Kasteel Batavia, yang layaknya tempat tinggal darurat. Kehidupan pun ala kadarnya. Intinya, benteng itu terlalu kecil sehingga perlu diperbaiki, atau perlu dibangun benteng baru.

Pertanyaannya kemudian, siapa yang akan membangun kota taklukan yang tanpa penduduk ini?

Kapten Willem Ysbrandtszoon Bontekoe (1587 – 1657) mencatat bahwa Kastel Batavia dibangun dari batu kapur putih dari pulau-pulau sekitar Batavia. Menurut Bontekoe, batu kapur ini dipasang dari dalam air terus hingga puncak. Arkeolog telah menyingkap material ini di struktur Bastion Saphier. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Batavia mendapati kesulitan sumber daya manusia. Coen memiliki siasat jitu—dan tak beradab—untuk perkara ini. Semua orang Cina yang berada di kapal jung mereka akan dikirim ke Batavia untuk meneruskan pekerjaan pembangunan kota. Tidak hanya orang Cina; orang Jawa, tawanan perang, dan orang Banda pun dipindahkan ke Batavia.

Demi pembangunan benteng baru, VOC menugaskan Kapten Willem Ysbrandtszoon Bontekoe (1587 – 1657) untuk mendatangkan material dari Kepulauan Seribu. Kini, patung torsonya dipajang di pelabuhan kota kelahirannya, Hoorn. Ia menulis catatan perjalanannya dari Hoorn ke Hindia Timur, yang terbit pada 1646.

Baca Juga: Makam Kapitan Cina Pertama di Batavia, Makam Tertua Seantero Jakarta

Peta berjudul 'Kaart voorstellende het Kasteel en de Stad Batavia in het jaar 1667', yang menunjukkan evolusi tata kota Batavia. (Tropenmuseum)

“Mereka memberi saya empat puluh laskar untuk mengungkit dan mengikat batu-batu dengan tambang supaya dapat menghelanya ke dalam perahu,” ungkapnya. “Batu-batu tersebut sangat putih, jauh lebih putih daripada batu kapur di negeri Belanda. Benteng di bangun terutama dari batu seperti itu, dari dalam air terus hingga puncak. Senang melihatnya. ”

Luas Kastel Batavia yang baru kira-kira tiga kali luas kastel yang lama. Empat bastionnya—kubu benteng—memiliki nama-nama batu mulia. Searah jarum jam berawal dari barat laut: Parel, Saphier, Robijn, dan Diamant.

Sebelum penyerangan pertama Mataram ke Batavia pada pertengahan 1628, Kasteel Batavia kedua telah berdiri. Di sisi selatannya tampak permukiman baru yang bersabuk jaringan kanal. Bahkan, seruas kanal telah dibangun di sisi timur, berikut dengan bangunan pertahanan.

Baca Juga: Saatnya Gulungan Arsip VOC Ungkap Losmen Lampu Merah di Batavia

Pemandangan Kastel Batavia 1767 karya Johannes Rach, seniman asal Denmark yang bertugas di kantor VOC Batavia. Tampak pintu gerbang utama kastel dan Bastion Saphier. (Wikimedia/Rijksmuseum Amsterdam)

Litografi berjudul 'Gezicht op het kasteel van Batavia vanaf het Koningsplein'. Dari arah timur kastel: tampak kiri Bastion Robijn, dan kanan Bastion Saphier. Pengukir N. Mettel, pengukir Johann Wolfgang Heydt, penerbit Johann Carl Tetschner, 1738. (Atlas Mutual Heritage)