Baca Juga: Status Burung Indonesia 2021: Sembilan Jenis Makin Terancam Punah
"Tetapi kegiatan ini sempat terjeda 2020 kemarin karena pandemi, sehingga tidak memungkinkan untuk pengamatan," ujar Abay kepada National Geographic Indonesia Sabtu (08/05/2021).
Kali ini, kegiatan itu serentak dilakukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia Barat seperti Sumatera Barat dan Yogyakarta. Mereka menggunakan buku panduan lapangan terhadap burung-burung endemik Indonesia barat yang dipublikasikan LIPI.
Ketika perahu sudah di ujung muara, terlihat berbagai bangunan metropolitan Jakarta berdiri, termasuk pulau reklamasi di beberapa meter dari perahu.
Esti menjelaskan, bahwa burung mengalami banyak perubahan akibat dampak habitatnya yang berubah.
Baca Juga: Dianggap Punah 170 Tahun Lalu, Burung Pelanduk Kalimantan Muncul Lagi
"Mereka mulai bergantung pada manusia dan memakan [makanan] sampah manusia," katanya.
"Saat wisatawan datang, mungkin merasa kasihan kepada mereka sehingga mengasih makanannya. Itu buruk pada sifat alami mereka, dan bergantung pada makanan pemberian manusia."
Selain itu burung lepasan dan peliharaan warga sekitar bisa menjadi musuh bagi burung asli, dan mengancam habitatnya.
"Makanya pengamatan ini dilakukan dengan tujuan mengedukasi betapa pentingnya kita harus menjaga burung asli Indonesia," tambah Abay.
Abay menyebut di sini ada burung yang terancam punah, Bluwok (Mycteria cinerea) adalah salah satunya.
Baca Juga: Petaka dari Dasar Bumi dan Luap Laut Jakarta. Apakah Kita Siap?
Pengamatan itu dilakukan sejak pukul 7 pagi, dengan harapan bisa melihat jenis migrasi yang sudah tiba ke perairan Teluk Jakarta. Ketika hari makin siang, mereka mengumpulkan catatan pengamatan dari pengamat lainnya.
Kemudian datanya direkapitulasi dan dihitung sebagai bagian metode visual encounter survey, terang Abay.
Mereka menemukan setidaknya sekitar 180 individu dari 25 jenis burung. Salah satunya adalah jenis burung migrasi, Burung Trinil Pantai (Actitis hypoleucos) yang berjumlah satu ekor.
"[Burung] Trinil Pantai itu asalnya dari Afrika dan Eurasia. Dia singgah ke sini (Jakarta) karena merupakan jalur migrasinya," ungkap Abay. "Dia (Trinil Pantai) biasanya migrasi dengan kelompok. Tapi tidak selalu berkelompok karena sifatnya yang juga soliter."
Berdasarkan laporan BirdLife International di IUCN Red List of Threatened Species (2012), Trinil Pantai meski jumlahnya masih mudah ditemukan, perkembangan populasi hewan ini relatif menurun.
Baca Juga: LIPI: Akibat Covid-19, Sampah APD Banyak Ditemukan di Teluk Jakarta
Hasil pengamatan ini rencananya akan diberikan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga lingkungan dan alam agar burung tak mengalami kepunahan.
"Kepada Pemprov DKI, kami selalu menghimbau dan bersinergi agar wilayah perairan yang menjadi habtat utama burung migran untuk diperbaiki kondisinya, baik dengan penanaman mangrove, maupun dengan penanganan sampah plastik," kata Rika Anggraini, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI.
Hal ini mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki biodiversity yang beragam, dan diperkaya dengan burung migrasi. Setidaknya dilaporkan ada 149 jenis burung migran yang melintasi Indonesia sebagai jalur migrasinya.
Berikut adalah jumlah hasil pengamatan burung di Jakarta:
1. Cangak Abu: 402. Blekok sawah:353. Kowak Malam Abu: 154. Cangak merah: 65. Walet linchi: 116. Kuntul kecil: 58. Itik Benjut:149. Pecuk Padi Hitam: 610. Bondol peking: 1511. Cucak kutilang: 512. Cipoh kacat: 113. Kuntul kerbau:114.Dederuk jawa: 115. Punai Gading:416. Bangau bluwok:117. Pecuk ular asia: 218. Layang2 batu: 419. Kekep babi: 220. Bondol haji:121. Sepah kecil: 422. Betet biasa:123. Trinil pantai:1 (Burung migrasi)24. Tekukur biasa: 425. Wiwik kelabu: 1