Pengamatan Terbaru: Masih Ada Burung Terancam Punah di Teluk Jakarta

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 10 Mei 2021 | 19:00 WIB
Cangak abu (Ardea cinerea) adalah burung air residen (lokal) yang hidup di dalam kawasan Hutan Lindung Angke Jakarta. Cangak abu hidup di kawasan pesisir dengan ikan dan kerang sebagai makanannya. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id—Di atas perahu nelayan kecil di Muara Hutan Lindung Angke Kapuk, DKI Jakarta, Esti Komariyah sesekali berseru setiap menemukan burung yang langka. Ia pun menyampaikan pada rekannya, Ahmad Baihaqi atau yang akrab disapa Abay.

Abay segera menulis 'Burung Bluwok: 1' di buku catatan kecilnya. Catatan itu berisi jumlah dan jenis burung apa saja yang ditemukan.

Esti adalah salah satu pengamat burung yang dikoordinatori Abay dalam program pengamatan yang diadakan Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI. Pengamatan yang dilakukan sejak 2015 ini juga dalam memperingati Hari Burung Migrasi Sedunia.

Bagaimana kisah pengamatan burung di pesisir Jakarta ini?

Burung Cangak Abu terlihat pada pagi hari di sekitar pesisir Hutan Lindung Angke-Kapuk, Jakarta. Hutan Lindung Angke-Kapuk terletak di di wilayah pesisir peralihan antara daratan dan lautan di bagian barat laut DKI Jakarta. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Status Burung Indonesia 2021: Sembilan Jenis Makin Terancam Punah

"Tetapi kegiatan ini sempat terjeda 2020 kemarin karena pandemi, sehingga tidak  memungkinkan untuk pengamatan," ujar Abay kepada National Geographic Indonesia Sabtu (08/05/2021).

Kali ini, kegiatan itu serentak dilakukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia Barat seperti Sumatera Barat dan Yogyakarta. Mereka menggunakan buku panduan lapangan terhadap burung-burung endemik Indonesia barat yang dipublikasikan LIPI.

Ketika perahu sudah di ujung muara, terlihat berbagai bangunan metropolitan Jakarta berdiri, termasuk pulau reklamasi di beberapa meter dari perahu.

Esti menjelaskan, bahwa burung mengalami banyak perubahan akibat dampak habitatnya yang berubah.

Baca Juga: Dianggap Punah 170 Tahun Lalu, Burung Pelanduk Kalimantan Muncul Lagi

Blekok sawah (Ardeola speciosa) adalah salah satu spesies burung yang menyebar luas di Asia Tenggara. Burung blekok sawah memiliki panjang tubuh sekitar 46 sentimeter. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"Mereka mulai bergantung pada manusia dan memakan [makanan] sampah manusia," katanya.

"Saat wisatawan datang, mungkin merasa kasihan kepada mereka sehingga mengasih makanannya. Itu buruk pada sifat alami mereka, dan bergantung pada makanan pemberian manusia."

Selain itu burung lepasan dan peliharaan warga sekitar bisa menjadi musuh bagi burung asli, dan mengancam habitatnya.

"Makanya pengamatan ini dilakukan dengan tujuan mengedukasi betapa pentingnya kita harus menjaga burung asli Indonesia," tambah Abay.

Abay menyebut di sini ada burung yang terancam punah, Bluwok (Mycteria cinerea) adalah salah satunya. 

Baca Juga: Petaka dari Dasar Bumi dan Luap Laut Jakarta. Apakah Kita Siap?

Biodiversity Warriors KEHATI bersama sekelompok pelajar dan media melakukan pengamatan burung bersama menggunakan perahu kayu di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Pengamatan itu dilakukan sejak pukul 7 pagi, dengan harapan bisa melihat jenis migrasi yang sudah tiba ke perairan Teluk Jakarta. Ketika hari makin siang, mereka mengumpulkan catatan pengamatan dari pengamat lainnya.

Kemudian datanya direkapitulasi dan dihitung sebagai bagian metode visual encounter survey, terang Abay.

Mereka menemukan setidaknya sekitar 180 individu dari 25 jenis burung. Salah satunya adalah jenis burung migrasi, Burung Trinil Pantai (Actitis hypoleucos) yang berjumlah satu ekor.

"[Burung] Trinil Pantai itu asalnya dari Afrika dan Eurasia. Dia singgah ke sini (Jakarta) karena merupakan jalur migrasinya," ungkap Abay. "Dia (Trinil Pantai) biasanya migrasi dengan kelompok. Tapi tidak selalu berkelompok karena sifatnya yang juga soliter."

Berdasarkan laporan BirdLife International di IUCN Red List of Threatened Species (2012), Trinil Pantai meski jumlahnya masih mudah ditemukan, perkembangan populasi hewan ini relatif menurun. 

Baca Juga: LIPI: Akibat Covid-19, Sampah APD Banyak Ditemukan di Teluk Jakarta

Hutan Lindung Angke terletak di Kawasan Pantai Indah Kapuk. Hutan mangrove seluas 44,76 hektare ini adalah tempat tumbuhnya 15 jenis mangrove dan habitat 28 jenis burung air dan burung teresterial. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Hasil pengamatan ini rencananya akan diberikan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga lingkungan dan alam agar burung tak mengalami kepunahan.

"Kepada Pemprov DKI, kami selalu menghimbau dan bersinergi agar wilayah perairan yang menjadi habtat utama burung migran untuk diperbaiki kondisinya, baik dengan penanaman mangrove, maupun dengan penanganan sampah plastik," kata Rika Anggraini, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI.

Hal ini mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki biodiversity yang beragam, dan diperkaya dengan burung migrasi. Setidaknya dilaporkan ada 149 jenis burung migran yang melintasi Indonesia sebagai jalur migrasinya.

Berikut adalah jumlah hasil pengamatan burung di Jakarta:

1. Cangak Abu: 402. Blekok sawah:353. Kowak Malam Abu: 154. Cangak merah: 65. Walet linchi: 116. Kuntul kecil: 58. Itik Benjut:149. Pecuk Padi Hitam: 610. Bondol peking: 1511. Cucak kutilang: 512. Cipoh kacat: 113. Kuntul kerbau:114.Dederuk jawa: 115. Punai Gading:416. Bangau bluwok:117. Pecuk ular asia: 218. Layang2 batu: 419. Kekep babi: 220. Bondol haji:121. Sepah kecil: 422. Betet biasa:123. Trinil pantai:1 (Burung migrasi)24. Tekukur biasa: 425. Wiwik kelabu: 1