Dalam laporannya yang ditulis di Nature Human Behaviour, Kamis (20/05/2021), untuk mengujinya, para peneliti memberikan pelatihan kognitifnya pada 17.000 anak sekolah di Swedia.
Anak-anak itu berusia enam dan delapan tahun, dan melakukan pelatihan lewat aplikasi selama 20 atau 33 menit per hari selama tujuh minggu.
Pada minggu pertama, anak-anak diberi latihan yang sama, lalu mereka dikelompokkan secara acak untuk lima kondisi pelatihan yang berbeda. Dalam setiap kelompok, anak-anak menghabiskan sekitar setengah dari waktu pelatihan mereka untuk tugas garis bilangan matematika.
Sisa waktunya dialokasikan secara acak untuk proporsi berbeda dari tiap kelompok pelatihan kongnitif dalam bentuk tugas rotasi. Selain rotasi juga seperti memori kerja visual atau penalaran non-verbal. Setelah itu mereka diuji pada minggu pertama, kelima dan ketujuh selama masa eksperimen.
Baca Juga: Menjemput Impian Anak-anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dreamable
Lebih rincinya, berikut adalah tugas pelatihan yang mungkin bisa diterapkan untuk anak Anda:
1. Dalam tugas baris angka, anak diminta untuk mengidentifikasi posisi angka secara tepat pada garis yang memuat titik awal dan akhir. Kesulitan bisa ditambahi dengan menghapus tanda spasial, misal tanda centang pada garis bilangan, dan hasil untuk memasukkan masalah matematika seperti penjumlahan, pengurangan, dan pembagian.
2. Pada tugas memori kerja visual, anak diminta untuk mengingat kembali objek visual. Dalam penelitian Nicholas Judd dan Tortel Klingberg, anak-anak menyusun kembali urutan titik. Kesulitan akan bertambah dengan menambahkan lebih banyak item.
3. Pada tugas penalaran non-veral, anak diminta untuk menyelesaikan urutan pola spasial. Mereka diminta untuk memilih gambar yang tepat untuk mengisi ruang kosong berdasarkan urutan sebelumnya. Kesulitan bisa ditingkatkan dengan menambahkan dimensi baru seperti warna, bentuk, dan titik.
4. Lewat tugas rotasi, anak diminta untuk mencari tahu seperti apa bentuk benda jika diputar. Anak-anak diminta untuk memutar sebuah objek 2D agar sesuai dengan berbagai sudut. Kesulitannya bisa ditambah dengan meningkatkan jumlah sudut rotasi atau kompleksitas objek yang diputar.
Baca Juga: Perkembangan Otak Anak yang Pernah Dipukul Mirip Otak Korban Pelecehan