Terancam Punah, Perdagangan Liar Burung Paruh Bengkok Masih Marak

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 26 Mei 2021 | 11:00 WIB
Burung paruh bengkok Brasilia yang berwarna cerah ini kerap mengundang ketertarikan wisatawan untuk (Bayu Dwi Mardana)

"Permintaan burung paruh bengkok yang tinggi sebagai hewan peliharaan, dan usaha perburuan dari alam liar untuk diperjualkan telah signifikan berkontribusi pada penurunan parahnya di seluruh dunia," ujar rekan penulis studi Rob Heinsohn dari ANU dalam rilis akademis.

"Sepertiga dari hampir 400 spesies burung parrot terancam punah hari ini."

Melalui model kriminologi itu, para peneliti mengambil datanya diambil dengan pengamatan di beberapa pelabuhan Maluku, pasar burung di Sulawesi Selatan, dan Jakarta.

Data tambahan juga disediakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di beberapa wilayah.

"Kita mendapatkan data yang cukup banyak di BKSDA Maluku dan Jawa Timur terkait laporan penyitaan," ungkap Dudi. "Walaupun burung-burung ini di Indonesia tengah dan timur, tapi banyak lolos ke Pulau Jawa. Mereka tertangkap di Jawa Timur."

Baca Juga: Pengamatan Terbaru: Masih Ada Burung Terancam Punah di Teluk Jakarta

Burung paruh bengkok diselundupkan dengan cara dimasukan ke dalam pipa paralon dan botol air kemasan (Gregorius Bhisma Adinaya)

Mereka menemukan ada banyak jalur perdagangan gelap yang kini diberantas penegak hukum. Dudi mengakui, meski sudah ditutup beberapa jalur, jalur lain dapat muncul dan berubah-ubah.

Ia menyebut rute perdagangan ilegal ada di sekitar Papua, Maluku Utara, dan Manado untuk diekspor ke Filipina. Kemudian dari kawasan Nusa Tenggara hingga ke Jawa Timur.

"Nanti terpecah lagi di barat Indonesia ke Jakarta, ke Sumatera, ada juga yang lewat Kalimantan. Itu yang sudah teridentifikasi," ujar Dudi.

"Tapi banyak jalur-jalur tikus, seperti tidak menggunakan kapal besar, tapi juga dengan modus kapal kecil, ada juga yang menitipkan di kapal-kapal perusahaan. Ini yang agak susah."

Untuk itu, KSDA dan sejumlah LSM mencoba semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi dan memetakan titik-titik potensial perdagangan, dan penyelundupan burung paruh bengkok, tambahnya.

Dalam perkembangannya pun modus penyelundupan burung paruh bengkok mulai menggunakan pengambilan telur. Padahal, burung paruh bengkok menghasilkan telur yang sangat terbatas, setidaknya tiga butir per tahunnya.

Sebenarnya, teknik ini bermanfaat bagi konservasi untuk menghindair kematian burung di perjalanan. Pihak kepolisian dan BKSDA sudah mulai mengendus modus ini, meski secara jumlah belum begitu banyak.

Menurutnya usaha penegakan hukum sudah banyak dilakukan. Usaha dilakukan saat ini hanyalah mengandalkan edukasi masyarakat bahwa burung paruh bengkok adalah aset bangsa yang harus dikelola dengan baik lewat konservasi.

Baca Juga: Hilang 125 Tahun, Burung Hantu Bermata Oranye Terlihat Lagi di Borneo