Bagaimana Imelda Marcos, Istri Diktator Filipina, Menjadi Ikon Ekses 80-an

By Fikri Muhammad, Kamis, 3 Juni 2021 | 16:51 WIB
Imelda dan Ferdinand Marcos. (RAPPLER)

Imelda merasa bahwa Jaqueline Kennedy adalah perbandingan yang lebih tepat. Penulis biografinya, Karherine Ellison berkata.

"Ketika Marcos terpilih pada 1965, mereka secara sadar menata diri mereka sendiri setelah keluarga Kennedy. Mereka akan menjadi Camelot Filipina dan dia akan menjadi Jackie."

Selain menulis Imelda: Steel Butterfly of the Philippines, Elison mendapat Pulitzer Prize 1986 untuk karyanya saat melacak miliaran dollar yang dituduh dijarah oleh Marcos dari negara mereka. Uang itu diduga digunakan untuk mendanai beberapa pembelia reals estate New York, sera pesta-pesta mewah yang diadakan di townhouse mereka.

"Dia benar-benar pemboros, jadi setiap kali anda berada di orbitnya, ada banyak kesenangan yang bisa didapat," kata Ellison. 

The New York Times melaporkan mansion itu berisi karpet Persia, harpsichord 1763, dan perlengkapan kamar mandi emas, karya Picasso, van Gogh, dan Brueghel the Younger. 

Haskell yang menghadiri beberapa pesta di sana mengatakan bahwa lantai atas adalah ruang dansa lengkap dengan bola disko. Tamu yang sering hadir seperti Franco Rosselini, pembuat film Italia dan Adnan Khashoggi, miliarder Saudi, dan Van Cliburn, seorang pianis. 

Baca Juga: Paus di Filipina Mati dengan 40 Kilogram Sampah Plastik di Perutnya

Marla Maples, Joey Adams, Donald Trump, dan Imelda Marcos pada tahun 1991. (GETTY IMAGES)

Kemewahan-kemewahan itu tidak ada apa-apanya dibanding apa yang ia buat di Filipina. Festifal Film manila adalah alasan sempurna untuk memikat bintang film Tony Curtis, Brooke Shields, Jeremy Irons, dan Michael York ke kerajaanya.

Dekorasinya seperti istana Prancis dan di dindin ada dua guci Limoges raksasa setinggin enam atau tujuh kaki. Dua orang dekat tangga menuangkan guci itu dengan kaviar.

Empat tahun kemudian, keluarga Marcos diusir dari Filipina dan memicu tindakan pengadilan selama beberapa dekade. 

Cindy Adams, kolumnis lama New York Post, mengenang mengunjungi Imelda di Waldorf pada 1968 selama persidanganya atas tuduhan pemerasan federal.

"Saya bersembunyi di kamar mandi ketika Doris Duke datang untuk memberinya lima juta dolar yang dia butuhkan untuk mendapatkan jaminan," kata Cindy Adams kepada Town & Country. "Dia tidak tahu aku mengendarkan di sisi lain pintu."

Imelda selalu membantah melakukan kesalahan dan terus melakukanya. Pada dokumenter The Kingmaker, surat perintah penangkapan dikeluarkan pada November 2018, dalam akhir dokumenter dijelaskan bahwa tuduhan gagal muncul di pengadilan Filipina untuk sidang korupsi lainnya.

Ellison, bahkan sempat bertanya langsung tentang uang yang hilang itu, dalam wawancara dua jam di istana presiden pada 1985 Imelda berkata. "Hati nurani saya bersih," katanya dengan tenang. "Jika saya korup, itu akan terlihat di wajah saya."

Baca Juga: Foto-foto Menyedihkan dari Pencemaran Plastik di India dan Filipina