Dahulu Dianggap Buruk, Bagaimana Festival Peh Cun Dirayakan Meriah?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 15 Juni 2021 | 12:42 WIB
Pertunjukkan Barongsai pada Malam Perayaan Peh Cun menjadi daya tarik tersendiri bagi yang menyaksik (Zika Zakiya)

 

Ada pula tradisi guofang yang menitipkan anak yang lahir di tanggal lima bulan kelima ke keluarga lain. Awal mula tradisi ini berasal dari kisahnya Meng Changjun atau yang juga disebut Tianwen yang merupakan pejabat Tiongkok di masa lalu.

Setiap anak yang lahir di tanggal lima bulan kelima dianggap membawa celak orangtuanya, terutama saat tingginya sudah sama dengan pintu. Maka masyarakat banyak yang membunuh atau mengusir anaknya karena tak menghendaki tanggal itu.

"Jadi enggak bisa digeser sebelum itu—kan belum ada operasi sesar," tanggap Ardian. "Inilah yang terjadi pada Tianwen yang lahir saat Peh Cun."

Baca Juga: Memahami Dunia Tionghoa Indonesia, Antara Totok dan Peranakan

Bunga delima menjadi simbol keikutsertaan perempuan dalam festival Peh Cun. (Pixabay)

 

Ayah Tianwen menginginkan anaknya dibunuh. Tetapi sang ibu merasa kasihan dan memilih menitipkannya ke keluarga lain. Kisah ini kemudian diikuti oleh masyarakat untuk mencegah keburukan hari Peh Cun.

Ada pula cara lain mencegah keburukan itu seperti meninggikan pintu rumah, papar Ardian.

Itulah beberapa tradisi untuk menolak bala bagi masyarakat Tionghoa saat Peh Cun. Ardian mengakui, ada banyak tradisi lainnya yang tak disebutkannya. Lantaran, setiap masyarakat Tionghoa, bahkan di Tiongkok sendiri, pun beragam meyakini Peh Cun.

Baca Juga: Mengenal Tionghoa Padang dan Proses Asimilasinya di Sumatra Barat