Hatshepsut, Sang Ratu Mesir Kuno Pertama Yang Memiliki Jenggot

By Bella Jingga Ardilla, Minggu, 27 Juni 2021 | 12:00 WIB
Ratu Makare Hatshepsut (Wikimedia)

 

Nationalgeographic.co.id—Perbincangan mengenai siapa Ratu Mesir Kuno yang sangat berpengaruh memang tiada hentinya. Ada yang mengatakan bahwa Cleopatra adalah ratu Mesir Kuno yang paling hebat. Tetapi, fakta mengatakan ada seorang ratu Mesir Kuno berpengaruh jauh sebelum Cleopatra. Siapakah dia?

Hatshepsut. Dia merupakan salah satu dari tiga firaun perempuan yang memiliki kekuasaan besar pada 3.000 tahun yang lalu di Mesir. Hatshepsut tidak hanya memperluas kekuasaan kerajaan Mesir tetapi juga mengendalikan proyek pembangunan termasuk kuil Deir el-Bahri.

Hatshepsut, sering dilafalkan Ha-thesep-sut, merupakan putri tertua dari Raja Thutmose I dan sang istri, Ahmose. Kelahiran Hatshepsut diumumkan Amun, legenda dewa Mesir Kuno sebagai kelahiran sorang ratu yang hebat dan berkuasa. Amun kemudian menyampaikan kepada Ratu Ahmose tentang kehebatan sang putri yang akan menyatukan Mesir Hulu dan Hilir. Kedatangan putri nan cantik pun segera tiba. Hatshepsut lahir dikelilingi oleh para dewi. Uniknya, setelah menyusu kepada sang ibu, Ahmose, Hatshepsut juga menyusu kepada para dewi.

Setelah Raja Thutmose I meninggal, Hatshepsut menikahi saudara tirinya, penerus takhta Mesir dari istri kedua sang ayah, yaitu Raja Thutmose II. Pernikahan antar saudara dilakukan untuk menjaga kemurnian keturunan kerajaan Mesir. Pada usia yang sangat muda, tepatnya 12 tahun, Hatshepsut menjadi seorang Ratu Mesir.

15 tahun pemerintahan Raja Thutmose II berakhir dengan kematiannya. Kematian Raja Thutmose II menyebabkan Mesir mengalami krisis pemimpin karena pewaris takhta dari harem Raja Thutmose II yang masih bayi.

Melihat kondisi Mesir yang tidak stabil, Hatshepsut mengambil tindakan tegas. Hatshepsut memutuskan untuk menjalankan dua peran sekaligus, yaitu sebagai Ratu Mesir dan wali sang anak tiri sampai cukup umur memerintah Mesir.

Setelah mengambil alih pemerintahan selama tujuh tahun, Hatshepsut memutuskan menjadi firaun Mesir dengan penuh ambisius. Karena terjadi perebutan takhta, Hatshepsut mengklaim bahwa dirinya adalah penerus takhta sang ayah. Untuk memperkuat citra tersebut, Hatshepsut mengubah penampilan menjadi seorang laki-laki. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan kepada bangsa Mesir bahwa mereka masih dipimpin oleh seorang laki-laki.

Baca Juga: Arkeolog Menemukan Istana Megah Cleopatra, Ratu Mesir Yang Hilang

Ratu Hatshepsut yang dilambangkan sebagai Firaun Mesir Kuno (Britannica)

Hatshepsut bahkan menggunakan janggut dan pakaian laki-laki. Sumber lain mengatakan bahwa keluarga kerajaan Mesir berada di bawah ancaman sehingga Hatshepsut mengambil posisi sebagai firaun. Salah satu fokus utama Hatshepsut adalah membawa perekonomian Mesir semakin berkembang dengan membangun jaringan perdagangan yang kuat di dalam negeri.

Hatshepsut membangun sebuah jalur untuk memudahkan akses antar wilayah di dalam negeri ataupun negara tetangga. Perdagangan Mesir berkembang pesat, mulai dari kayu cedar, eboni, ivory, lapis lazuli, dupa, mur, hingga besi dan tembaga. Salah satu perjalanan yang membawa kesuksesan rute perdagangan Mesir adalah ekspedisi Hatshepsut menuju Punt. Ekspedisi tersbeut membuat Punt menjadi salah satu mitra dagang terkuat Mesir dalam perdagangan emas, getah, kayu, gading dan hewan liar.

Salah satu misi Hatshepsut melakukan perjalanan ke Punt adalah membawa 31 pohon mur untuk ditanam pada komplek makam Mesir miliknya. Selain sukses di perdagangan Mesir, Hatshepsut juga membangun berbagai bangunan di Mesir. Salah satu bangunan Hatshepsut adalah kuil peringatan besar Deir el-Bahri di Luxor. Kuil ini dianggap sebagai salah satu keajaiban arsitektur di Mesir Kuno dan menjadi tempat Hatshepsut memamerkan prestasi sebagai firaun Mesir.

Baca Juga: Ilmuwan Buat Racikan Parfum Mesir Kuno Favorit Cleopatra, Seperti Apa?

 

Tidak seperti kuil Mesir lain, Deir el-Bahri adalah kuil dengan tiga pilar yang menjaga Lembah Para Raja. Kuil makam Hatshepsut dibangun selama 15 tahun dan diawasi oleh Senenmut. Senenmut merupakan kekasih dan juga arsitek kerajaan Hatshepsut. Banyaknya patung Senenmut yang dihiasi batu mahal menunjukkan keistimewaannya terhadap Hatshepsut. Namun, tidak ditemukan bukti mengenai perselingkuhan antar keduanya. Tetapi diketahui bahwa Senenmut memasuki hidup Hatshepsut ketika sang suami masih hidup.

Kisah cinta kontroversi ini juga digambarkan oleh beberapa patung Hatshepsut yang duduk di pangkuan Senenmut. Tercatat juga, Senenmut menyebut dirinya sebagai “seorang bangsawan yang dicintai tuannya. Dia memuliakan saya di depan 'Dua Kawasan' dan menjadikan saya sebagai juru bicara dan hakim di seluruh negeri.”

Selain itu, nama Senenmut terukir di kuil makam Hatshepsut dan wajah mereka saling berhadapan seperti yang terukir di granit. Ini membuktikan bahwa Senenmut ingin tetap dekat dengan orang yang dicintainya bahkan setelah kematian. Fakta tersebut didukung ketika Hatshepsut tidak pernah menikah lagi dan Senenmut tidak memiliki seorang istri.

Terlepas dari kontroversi kisah cintanya, Mesir menjadi damai selama 20 tahun pemerintahan Hatshepsut.  Tidak seperti Cleopatra, Hatshepsut bukanlah ikon dari kecantikan yang dikenal hingga zaman modern.

Baca Juga: Ransum Pembangun Piramida Mesir Kuno, Seperti Apa Menu Mereka?

Kuil Deir el-Bahri (Wikimedia)

 

Pada 2007, Zahi Hawass, Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Kepurbakalaan di Kairo mengumumkan bahwa ditemukan mumi wanita tua dan dipastikan adalah mumi Hatshepsut. Mumi kerajaan pertama sejak penemuan makam Tutankhamen pada 1922.

Usai indetifikasi mumi tersebut, ternyata arkeolog menemukan fakta bahwa Hatshepsut mengalami kelebihan berat badan, diabetes, dan mengalami kebotakan di depan. Selain itu, diyakini pula bahwa Hatshepsut menggunakan cat kuku merah atau hitam, yang menggambarkan penampilannya yang gothic.

Hatshepsut ternyata telah mempersiapkan makamnya jauh sebelum sang suami meninggal. Hatshepsut meninggal pada usia pertengahan empat puluh, dan dimakamkan di Lembah Para Raja. Untuk mengenang pemerintahan Hatshepsut, ia dimakamkan dengan sarkofagus sang ayah, Raja Thutmose I.

Selain peninggalannya dalam bentuk kuil, Hatshepsut juga meninggalkan obelisk, monumen berbentuk tugu. Obelisk milik Hatshepsut menjadi yang terbesar kedua di seluruh Mesir dan diukir dengan granit merah muda. Obelisk dengan tinggi 28,58 meter dan berat 343 ton berada di Kuil Amon, Karnak dan didirikan pada 1457 SM.  

Baca Juga: Ratu Tiye, Salah Satu Wanita Paling Berpengaruh di Mesir Kuno

 

Setelah kematian Hatshepsut, berbagai kuil yang dibangun sebagai jejak kekuasaannya dihancurkan oleh sang anak tiri, Raja Thutmose III. Mengapa anak tirinya menghancurkan jejak sang ibu?

Thutmose III memerintah selama 30 tahun setelah kematian Hatshepsut. Thutmose III merupakan seorang ahli bangunan dan pejuang yang hebat. Namun, Thutmose III berusaha untuk menghapus jejak kekuasaan sang ibu tiri atas Mesir dari buku sejarah dengan menghancurkan patung dan kuil yang didirikannya.

Sebuah pendapat mengatakan bahwa Thutmose III ingin menyembunyikan fakta bahwa Mesir pernah dipimpin oleh seorang wanita. Sangat sedikit sekali fakta mengenai Hatshepsut. Sampai pada 1822, misteri ini terpecahkan melalui hieroglif di dinding kuil Deir el-Bahri.

Teori penyebab kematian Hatshepsut dikaitkan dengan fakta kepulangan anak tirinya, Thutmose III dari kampanye militer. Ada pula yang mengatakan kematian Hatshepsut disebabkan oleh sebuah losion. Ditemukan adanya zat beracun karsinogen di botol kosmetik milik sang ratu. Dugaan ini dibantah, Hatshepsut meninggal karena kanker.

Baca Juga: Mumi Amun Ra, Mumi Mesir Kuno Yang Membawa Selalu Kemalangan

Mumi Hatshepsut (Daily Mail)

 

"Kami sudah tahu sejak dahulu bahwa Hatshepsut meninggal dunia karena kanker. Namun saat ini kami mungkin mengetahui penyebab yang paling aktual," ujar kurator Museum Mesir Universitas Bonn, Michael Hoveler-Muller.

Ada bukti yang memperkuat pernyataan tersebut. Penemuan mumi Hatshepsut memperlihatkan bahwa kesehatannya memburuk dengan tanda radang sendi, gigi berlubang, radang akar gigi, diabetes, dan kanker tulang.

Perlahan kehadiran firaun wanita terhebat mulai terkuak. Seorang wanita yang hampir hilang dari sejarah Mesir dapat diidentifikasikan kembali dengan muminya. Identifikasi mumi Hatshepsut menggunakan gigi yang hilang. Arkeolog Zahi Hawass kemudian membuka kotak milik Hatshepsut. Dia menemukan organ dalam hati dan gigi yang sama persis dengan mumi tersebut. Jadi, bisa diambil simpulan bahwa mumi wanita tua tersebut adalah mumi Hatshepsut. Saat ini mumi Hatshepsut dipajang di Museum Mesir di Kairo.

 

Baca Juga: Mumi Berlidah Emas Ditemukan di Situs Mesir Kuno, Usianya 2.000 Tahun