Pria pemburu-pengumpul Zaman Batu itu meninggal di wilayah yang sekarang disebut Latvia. Di dekat tulang-tulang pria itu, para antropolog juga menemukan kerangka pria lain, seorang gadis remaja, dan bayi yang baru lahir, tetapi tidak ada dari ketiganya yang juga terinfeksi bakteri tersebut.
Para peneliti kemudian membandingkan genome bakteri itu dengan jenis wabah purba lainnya. Sebuah studi sebelumnya menggambarkan strain lain yang berusia sekitar 5.000 tahun, tetapi Krause-Kyora mengatakan yang satu ini beberapa ratus tahun lebih tua. Jadi timnya menyimpulkan itu adalah versi strain bakteri paling awal dari Yersinia pestis.
DNA pria pemburu-pengumpul itu juga menunjukkan bahwa ia memiliki sejumlah besar bakteri itu di tubuhnya, yang menunjukkan bahwa ia mati karenanya. Situs makamnya menunjukkan bahwa anggota-anggota lain dari kelompoknya dengan cermat menguburnya, menurut penelitian tersebut.
Pada dasarnya, wabah penyakit pes sebagian besar bersifat zoonosis. Artinya bakteri penyebab penyakitnya melompat dari inang hewan ke manusia.
Krause-Kyora mengatakan bahwa kasus penyakit pada pria pemburu-pengumpul itu dapat menunjukkan kepada para ahli epidemiologi bagaimana patogen zoonosis –seperti Ebola, flu babi, dan (kemungkinan besar) virus corona baru– berubah seiring waktu.
Baca Juga: Wabah Tikus Melanda Australia Timur: Pasien-Pasien Rumah Sakit Digigit