"Jadi semua faktor ini kemungkinan membantu naskah Jambi yang berusia ratusan tahun agar bisa bertahan sampai sekarang," ungkap Annabel.
Adapun usaha pertama untuk mengumpulkan naskah ini dilakukan oleh Petrus Voorhoeve di Kerinci pada 1941. "Voorhoeve serta timnya berhasil memfoto dan mencatat sekitar 260 naskah yang ditulis di berbagai media seperti kertas, jeluang, bambu, dan tanduk," tuturnya. Naskah ini kemudian ditransliterasi dan dikumpulkan ke dalam satu buku berjudul Tambo Kerintji.
Akan tetapi, buku ini sempat dikhawatirkan hilang akibat invasi Jepang. "Syukurlah ternyata satu salinan Tambo Kerinci pernah dikirim Voorhoeve ke Kerinci, dan disimpan dengan selamat di sana," kata Annabel.
Baca Juga: Kisah Kejayaan dan Senja Kala Sriwijaya dalam Catatan Semasa
Akan tetapi, buku ini sempat dikhawatirkan hilang akibat invasi Jepang. "Syukurlah ternyata satu salinan Tambo Kerinci pernah dikirim Voorhoeve ke Kerinci, dan disimpan dengan selamat di sana," kata Annabel.
Buku ini ditemukan kembali oleh C.W. Watson pada tahun 1973. Watson menyalin kembali buku Tambo Kerinci agar dapat disebar ke perpustakaan seluruh dunia.
Baca Juga: Benarkah Tsunami Aceh Telah Diramalkan Dalam Manuskrip Kuno?