"Di Jambi, seperti halnya di seluruh Nusantara, naskah memainkan peranan penting sebagai sumber sejarah dan lambang kesejarahan dari daerah tersebut dan orang yang tinggal di dalamnya."
Demikian Kurator British Library Annabel Teh Gallop membuka webinar internasional bertajuk The Potential and Challenges of the Study and Preservation of Jambi Manuscripts in the Digital Era. Webinar ini diselenggarakan oleh UIN Sulthan Thaha Saifuddin pada 30 Juni 2021.
Annabel banyak melakukan kajian terhadap manuskrip Jambi. Dalam penelitiannya, ia melihat sejumlah kemiripan mushaf Jambi dengan mushaf Minang dan Sumatra, serta kemiripan hikayat dan sejarah Jambi dan kerajaan-kerajaan Melayu lainnya. Namun baginya, manuskrip Jambi memiliki sejumlah karakteristik unik.
"Jenis naskah yang saya anggap paling khas dan istimewa di Jambi adalah tradisi surat piagamnya," kata Annabel.
Ia menjelaskan, bahwa surat piagam adalah surat titah yang dikeluarkan oleh seorang raja atau pembesar istana. Surat ini biasanya memberikan amanat dan pangkat kepada kepala marga atau kepada desa di pedalaman. Melalui surat ini, raja menitahkan batas tanah yang jatuh di bawah pengawasan sang pejabat, dan memberikan wewenang kepada pejabat itu untuk membuat undang-undang negeri, menjaga ketertiban, dan mengumpulkan pajak atau hasil.
"Sebetulnya, surat serupa juga ditemui di wilayah lain seperti di Aceh, Palembang, dan Semenanjung Melayu," ungkap Annabel, "tetapi jumlah dan usianya tidak dapat menyaingi kelompok naskah surat piagam di Jambi."
Keawetan surat piagam Jambi boleh dibilang luar biasa. Salah satunya adalah Piagam Renah Kemumu, sebuah piagam berisi titah dari Duli Pangiran Ratu yang memerintah daerah Serampas pada 1630-1669.
Baca Juga: Mantan Serdadu Perang Napoleon Singkap Naskah Pecahnya Tambora
"Di pedalaman Jambi, surat piagam ini sangat dihargai sebagai penjamin status dan hak kepala desa, dan dianggap sebagai pusaka," ujar Annabel. Berdasarkan pengamatannya, ia melihat bahwa surat piagam serta naskah pusaka lain ini disimpan dengan baik dalam satu peti khusus bersama barang berharga lain. Peti ini biasa diletakkan di loteng rumah kepala desa tersebut. "Asap dari dapur yang naik ke atas [loteng] berfungsi sebagai pencegah serangga dan kelembapan," jelasnya.
Selain itu, naskah pusaka ini hanya dikeluarkan sesekali saja, yakni pada upacara Kenduri Sko. Dalam upacara ini, naskah tersebut dibersihkan dan diarak keliling desa dengan didampingi para pembesar dan rakyat desa.
Baca Juga: Jejak Kelana Hikayat Romansa Panji Menantang Zaman Hingga ke Eropa
"Jadi semua faktor ini kemungkinan membantu naskah Jambi yang berusia ratusan tahun agar bisa bertahan sampai sekarang," ungkap Annabel.
Adapun usaha pertama untuk mengumpulkan naskah ini dilakukan oleh Petrus Voorhoeve di Kerinci pada 1941. "Voorhoeve serta timnya berhasil memfoto dan mencatat sekitar 260 naskah yang ditulis di berbagai media seperti kertas, jeluang, bambu, dan tanduk," tuturnya. Naskah ini kemudian ditransliterasi dan dikumpulkan ke dalam satu buku berjudul Tambo Kerintji.
Akan tetapi, buku ini sempat dikhawatirkan hilang akibat invasi Jepang. "Syukurlah ternyata satu salinan Tambo Kerinci pernah dikirim Voorhoeve ke Kerinci, dan disimpan dengan selamat di sana," kata Annabel.
Baca Juga: Kisah Kejayaan dan Senja Kala Sriwijaya dalam Catatan Semasa
Akan tetapi, buku ini sempat dikhawatirkan hilang akibat invasi Jepang. "Syukurlah ternyata satu salinan Tambo Kerinci pernah dikirim Voorhoeve ke Kerinci, dan disimpan dengan selamat di sana," kata Annabel.
Buku ini ditemukan kembali oleh C.W. Watson pada tahun 1973. Watson menyalin kembali buku Tambo Kerinci agar dapat disebar ke perpustakaan seluruh dunia.
Baca Juga: Benarkah Tsunami Aceh Telah Diramalkan Dalam Manuskrip Kuno?
Dalam perkembangannya, surat piagam di Jambi mulai banyak ditemui di luar Kabupaten Kerinci. Keberadaan sejumlah surat piagam yang disimpan di Kabupaten Merangin dan Saru Langun mulai tersingkap satu per satu.
Untuk melestarikan surat-surat ini pula, para peneliti mulai melakukan digitalisasi. Salah satunya adalah teks Tambo Kerinci, yang diunggah ke situs Universitas Hawaii oleh Dr. Uli Kozok pada 2006. Selain itu, Kozok juga memimpin proyek pendigitalan naskah Kerinci lainnya di bawah program Endangered Archives Programme (EAP) yang didanai British Library.
Baca Juga: Naskah Kuno Alkitab dan Mumi Anak Kecil Ditemukan di Gua Horor Israel
Namun, Annabel memandang bahwa digitalisasi saja belum cukup. "Saya kira sekarang sudah sampai waktunya untuk mengambil satu langkah baru, yaitu pembuatan pangkalan data semua surat piagam Jambi," ungkapnya. Menurutnya, pangkalan data seperti ini dapat mempermudah pencarian piagam serta menjawab sejumlah pertanyaan menarik.
"Misalnya dari satu pangkalan data ini, ada pertanyaan seperti Sultan Jambi manakah yang menghasilkan paling banyak surat piagam, atau wilayah yang mana yang paling banyak masih menyimpan surat piagam sampai hari ini. Jadi banyak pertanyaan seperti ini yang bisa dijawab oleh pangkalan data tersebut," tutupnya.
Baca Juga: Resep Medis 'Bapak Kedokteran' Tersingkap di Biara Kuno Mesir