Gigitan yang Menyembuhkan

By , Selasa, 22 Januari 2013 | 12:30 WIB

Kebanyakan obat bekerja dengan cara yang sama, bereaksi dan mengendalikan kunci molekuler untuk menghentikan penyakit. Memang sulit untuk menemukan toksin yang menyerang target tertentu saja, tetapi obat-obatan terbaik untuk penyakit jantung dan dia­betes kini diperoleh dari bisa. Obat baru autoimun, kanker, dan nyeri mungkin akan tersedia satu dasawarsa lagi.

“Yang kami maksud bukan hanya beberapa obat baru, tetapi seluruh kelompok obat,” kata Emerging Explorer National Geographic Society Zoltan Takacs, ahli toksinologi dan herpetologi. Sejauh ini, kurang dari seribu toksin yang telah diteliti manfaat medisnya, dan baru sekitar se­puluh obat penting yang masuk ke pasar.

“Mungkin ada lebih dari 20 juta toksin-bisa yang masih belum diteliti,” ujar Takacs. “Jumlah yang sangat besar. Toksin-bisa membuka berbagai cabang farmakologi yang sama sekali baru.”!break!

Toksin dari bisa dan racun juga memberi kita gambaran yang lebih jelas tentang cara kerja protein yang mengontrol banyak fungsi seluler yang penting bagi tubuh. Penelitian racun tetrodotoksin (TTX) yang mematikan dari ikan buntal, misalnya, mengungkapkan informasi detail cara komunikasi sel saraf.

“Kita selalu bersemangat mencari senyawa baru untuk meringankan penderitaan manusia,” kata Angel Yanagihara dari University of Hawaii kepada saya. “Namun, saat melakukan hal itu, kita mungkin menemukan hal lain yang tidak terduga.”

Saat meneliti ubur-ubur kotak yang menyengatnya 15 tahun lalu, Yanagihara menemukan zat yang berpotensi sebagai pe­nyembuh luka dalam tubula yang berisi bisa ubur-ubur. “Sama sekali tidak ada hubungan dengan bisanya,” katanya. “Karena meneliti seekor hewan berbahaya, saya mendapatkan informasi yang tidak disangka-sangka.”

Lebih dari 100.000 hewan yang berevolusi menghasilkan bisa, kelenjar penampungnya, dan alat untuk mengeluarkannya: ular, kalajengking, laba-laba, beberapa jenis kadal, tawon, hewan laut seperti gurita, berbagai spesies ikan, dan siput rangkik.

Platipus paruh-bebek jantan, yang menyimpan bisa dalam taji kakinya, merupakan salah satu dari sedikit mamalia berbisa. Bisa dan komponennya tercipta secara terpisah, berulang kali, pada berbagai kelompok hewan. Komposisi bisa dalam satu spesies ular berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, dan antara ular dewasa dan yang masih kecil.

Meskipun senyawa ini telah mengalami evo­lusi selama lebih dari seratus juta tahun, struktur molekulnya sudah ada jauh lebih dahulu. Alam mengubah fungsi molekul dari seluruh tubuh untuk membantu hewan berburu atau membela diri.

“Memang logis jika alam memanfaatkan perangkat yang sudah ada,” kata Takacs. “Untuk membuat toksin yang menyerang sistem saraf, paling efisien kalau mencontek struktur kimiawi otak yang memang berfungsi dalam sistem itu, lalu membuat beberapa perubahan kecil, dan jadilah toksinnya.”

Tentu saja tidak semua bisa mematikan—tawon memakainya bukan untuk mem­bunuh, sementara platipus jantan hanya meng­guna­kannya untuk menyingkirkan jantan saingan selama musim kawin. Namun, sebagian besar memang untuk membunuh—atau setidaknya melumpuhkan—mangsa.

Manusia sering menjadi korban yang tidak disengaja. WHO memperkirakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar lima juta gigitan hewan berbisa yang menewaskan 100.000 orang, meskipun jumlah sebenarnya diduga jauh lebih tinggi.!break!