Kini keadaan lebih mudah, walaupun tetap sulit, dibandingkan saat Nansen mendirikan bivak darurat di sini selama musim dingin 1895-1896. Dalam perjalanan Pristine Seas ini kami memiliki peta yang lebih baik, menggunakan GPS, dan kapal yang lebih nyaman. Kami juga memiliki pemimpin yang diberkahi percaya diri yang lebih tinggi daripada para pemimpin ekspedisi keras kepala di masa lalu: explorer-in-residence National Geographic, Enric Sala. Dia merupakan seorang ahli ekologi kelautan cerdas yang mengoordinasikan upaya internasional kompleks ini, dengan dukungan dari National Geographic Society dan sponsor lainnya, sebagai ekspedisi terbaru bertajuk Pristine Seas.
Beberapa tahun yang lalu, Sala masih menjadi dosen di Scripps Institution of Oceanography, mengajar mahasiswa pascasarjana tentang jaring makanan dan konservasi laut, tetapi dia merasa belum memberikan sumbangsih yang cukup kepada dunia.
"Saya memandang diri saya waktu itu hanya menyempurnakan obituari alam, dengan presisi yang terus meningkat," katanya kepada saya saat mengobrol di atas kapal Polaris. Keprihatinannya melihat tren degradasi ekosistem dan punahnya spesies yang terus berlanjut, baik di laut maupun di darat, membawanya keluar dari dunia akademis. "Saya ingin mencoba memecahkan masalah," katanya. Jadi, tahun 2005 dia membentuk tim "SWAT" ilmuwan, termasuk ahli mikroba, ganggang, invertebrata, dan ikan laut, lalu berlayar ke bagian utara Kepulauan Line, sekelompok pulau karang terpencil di Pasifik sekitar seribu mil laut (1.850 kilometer) di selatan Hawaii.!break!
Di sana mereka menyelam di antara karang dan menelitinya, menemukan setidaknya satu hal penting: bahwa predator, terutama hiu, mencapai sekitar 85 persen biomassa lokal. Ini menjungkirkan anggapan selama ini: Ekologi konvensional berasumsi bahwa rasio mangsa dengan predator untuk setiap tingkat jaring makanan dari dasar hingga ke puncak adalah sepuluh banding satu. Tim Sala menyebut hal ini piramida biomassa terbalik.
Karena tidak terlihat mangsa dalam jumlah besar, apa yang menghidupi kawanan hiu yang melimpah jumlahnya ini? Jawabannya adalah bahwa massa mangsa sebenarnya ada; mangsa tersebut diproduksi secara besar-besaran dan terus-menerus, dalam bentuk ikan kecil yang memiliki laju reproduksi, pertumbuhan, kematangan seksual, dan produksi tinggi, sementara predator terus memangsanya hingga nyaris tidak terlihat.
Ini merupakan hal penting yang harus diketahui tentang ekosistem. Empat tahun kemudian, ketika Presiden George W. Bush menandatangani RUU pembentukan U.S. Pacific Remote Islands Marine National Monument, Sala hadir dalam peristiwa itu, dan mandat untuk melestarikan piramida biomassa terbalik pun kini termuat dalam undang-undang.
Dengan dukungan dari National Geographic Society, Sala mengalihkan perhatiannya ke gugusan kepulauan paling utara di dunia, Daratan Franz Josef.
Daratan Franz Josef adalah zakaznik, cagar alam, yang termasuk dalam Taman Nasional Arktika Rusia. Maka, Sala menjalin kerja sama dengan pengurus taman nasional itu dan Masyarakat Geografi Rusia. Dia meminta Maria Gavrilo, ahli biologi burung laut Arktika yang menjabat sebagai wakil direktur taman nasional bidang ilmu pengetahuan, untuk bersama memimpin ekspedisi ini. Dia mengumpulkan beberapa peneliti pemberani (termasuk ahli ekologi virus Forest Rohwer, ahli ekologi perikanan Alan Friedlander, ahli ganggang Kike Ballesteros, dan Mike Fay) serta para penyelam profesional andal dari ekspedisi sebelumnya, dan dia menyertakan belasan mitra Rusia selain Gavrilo. Dia mengajak Paul Rose, dari Royal Geographical Society di London, yang berpengalaman menyelam dan mendaki di kutub, jago memecahkan masalah, dan selalu ceria. Di samping para orang hebat ini, dia juga mengikutsertakan beberapa kuli tinta. Pada akhir Juli 2013 kami semua berlayar menuju Daratan Franz Josef. Lautnya masih perawan karena hampir sepanjang tahun, setidaknya sampai baru-baru ini, sebagian besar tertutup es.!break!
Dua orang prancis dalam tim kami, David Grémillet dan Jérôme Fort, datang untuk meneliti auk kecil (Alle alle), burung hitam-putih yang bersarang di tebing dan di antara bongkahan batu, yang mencari makan dengan menyelam ke air yang sangat dingin. Auk kecil masih banyak ditemui di seantero Kutub Utara, dengan populasi yang diperkirakan lebih dari 40 juta—salah satu burung laut terbanyak di dunia. Namun, kekerabatannya dengan auk besar, ikon kepunahan yang disebabkan manusia—pasangan auk besar terakhir dibunuh tahun 1844 di lepas pantai Islandia untuk seorang kolektor burung—mengingatkan kita bahwa tidak ada spesies yang kebal terhadap tekanan yang ditimbulkan manusia. Di samping itu, Grémillet dan Fort memiliki alasan lain untuk meneliti auk kecil. Burung ini terhitung kecil untuk ukuran burung laut, kedua terkecil dalam keluarga auk, dengan sayap kecil yang memungkinkannya berenang dalam air maupun di udara. Kebutuhan energi dan tingkat metabolismenya tinggi. Jadi, jika terjadi perubahan lingkungan, kata Grémillet kepada saya, auk kecil mungkin lebih merasakan dampaknya daripada spesies lain. Dan lingkungannya kini mengalami perubahan—suhu rata-rata di Arktika saat ini lebih tinggi daripada selama 2.000 tahun terakhir. Satu penelitian tentang tren Arktika memperkirakan suhu akan terus mengalami peningkatan hingga hampir 8 derajat Celsius pada akhir abad ini.
Makanan pokok auk kecil adalah kopepoda, krustasea sangat kecil yang merupakan komponen utama zooplankton Arktika. Setiap ekor perlu melahap ribuan kopepoda agar tercukupi gizinya. "Dan kopepoda memiliki preferensi suhu yang sangat spesifik," jelas Grémillet. "Jadi, bisa diperkirakan bahwa jika komunitas kopepoda berubah karena perubahan iklim di Kutub Utara, dampaknya pada auk kecil akan sangat besar."
Bagaimana kira-kira perubahan yang akan dialami fauna kopepoda? Spesies yang lebih besar dan gemuk, Calanus glacialis, bergantung pada air yang sangat dingin dan keberadaan es laut, yang bagian bawahnya ditumbuhi ganggang yang menjadi makanan spesies ini. Spesies yang lebih kecil dan kurus, Calanus finmarchicus, umum ditemukan di Atlantik Utara dan sering terbawa arus ke Arktika, tetapi tidak berkembang di sana. Namun, seiring naiknya suhu Samudra Arktika beberapa derajat, keseimbangan persaingan bisa berubah.
Suhu yang lebih tinggi dan penyusutan es laut memungkinkan kopepoda yang kecil dan kurus menggantikan spesies yang besar dan gemuk, sehingga merugikan auk kecil—dan makhluk lainnya juga. Kopepoda merupakan makanan ikan kod, haring, dan berbagai burung laut; bahkan mamalia seperti anjing laut dan paus beluga juga bergantung pada ikan yang memakannya. Itu sebabnya para ilmuwan menganggap Calanus glacialis sebagai spesies terpenting di Kutub Utara.