Daratan Franz Joseph

By , Rabu, 27 Agustus 2014 | 14:44 WIB

Lebih dari satu negeri yang runtuh sejak ekspedisi Austro-Hongaria mengunjungi kepulauan ini pada 1873. Lebih dari satu bendera yang dulu dikibarkan di sini sekarang tidak lagi melambai. Lebih dari satu perkiraan geofisika, seperti keberadaan benua Arktika, yang terbantahkan. Kutub Utara memang nyata, sebagai titik tidak kasatmata yang dapat ditentukan. Akan tetapi, penjelajah awal seperti Nansen, yang mendatangi atau melewati kepulauan ini bersama tim anjing dan kapal es mereka, gagal mencapai titik itu. Daratan Franz Josef menjadi tempat persinggahan yang penuh kenangan dalam rute kutub gemilang menuju keputusasaan dan kekecewaan. !break!

Pulau-pulau berpuncak datar nan sunyi, dengan bukit-bukit basal, menjadi perlambang kekukuh-bekuannya; tempat ini menjadi saksi bahwa, meskipun manusia bertekad baja, panjang akal, dan gagah berani, alam tetap jauh lebih kuat dan kompleks.

Reruntuhan Stasiun Krenkel meredam kekaguman kita pada kehebatan alam dengan cara yang aneh: dengan ratusan ton sampah industri serta bekas-bekas kehidupan segelintir manusia yang dulu tinggal di sini.

Karena stasiun itu merupakan bagian Daratan Franz Josef dan secara administratif Daratan Franz Josef termasuk dalam Taman Nasional Arktika Rusia (meskipun belum menikmati status perlindungan taman nasional secara penuh), pengelola taman itu telah memulai operasi pembersihan di Krenkel. Mereka berniat menyertakan stasiun itu dalam rencana muzey pod otkrytym nebom, atau museum terbuka besar. Namun, mereka akan menghadapi masalah pelik tentang batas perbaikan dan pelestarian. Ketika suatu tempat menjadi tumpukan sampah bersejarah, bagaimana kita membedakan mana sejarah dan mana sampah?

Yang lebih pelik, dan berdampak jauh lebih besar, adalah kebijakan Moskwa tentang pemulihan kepentingan militer Rusia di Kutub Utara. Pada awal November 2013, hanya dua bulan setelah kami merampungkan ekspedisi, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengumumkan rencana untuk menempatkan satu skuadron kapal perang pemecah es untuk melindungi jalur laut trans-Arktika yang baru serta potensi cadangan minyak dan gas. Per 2011, menurut kantor berita Rusia Novosti, 95 persen cadangan gas alam Rusia dan 60 persen cadangan minyaknya terletak di wilayah Arktika, meskipun sebagian besar ladang itu berada di dasar Laut Barents dan Kara, lebih dekat ke daratan utama. Pola penemuan ladang tersebut dan iklim yang semakin menghangat mendorong Rusia untuk mencari lebih jauh ke arah utara.

Pengumuman menteri pertahanan bahkan menyebut soal membuka kembali pangkalan udara di Daratan Franz Josef. Akankah peningkatan dominasi ini, jika benar-benar terjadi, sejalan dengan perlindungan ekosistem Arktika? Enric Sala, yang selalu optimis dan tenang, berpandangan tidak akan ada masalah. Lagi pula, Vladimir Putin sendiri dianggap bersimpati terhadap pelestarian alam—tetapi siapa yang bisa menebak pikiran Putin? Sala berharap Daratan Franz Josef akan segera mendapat perlindungan penuh sebagai taman nasional dan beranggapan bahwa penambahan kekuatan militer "malah dapat membantu penegakan hukum."!break!

Soal es yang mendasari semua masalah ini tidak dapat dijawab hanya dengan satu ekspedisi. Kita dapat mengukur, mengambil foto, mem­bandingkan antara luas es saat ini dengan yang dilihat penjelajah di masa lalu, tetapi soal sebab akibatnya sangat luas dan rumit. Para ilmuwan dalam tim ini melakukan yang biasa dilakukan para ilmuwan lapangan yang bagus: Mereka melakukan pengamatan kuantitatif terhadap hal-hal spesifik.

Setelah berkali-kali menyelam dalam air se­dingin es, Alan Friedlander mengidentifikasi 16 spesies ikan Arktika air dangkal dan mulai me­renungkan mengapa keragaman di sini tampak rendah. Kike Ballesteros, yang juga meng­habiskan hari-harinya dalam pakaian termal, dengan jemari beku dan pipi merah, mencatat populasi dan biomassa ganggang laut secara lengkap, sesuatu yang belum pernah dilakukan.

Maria Gavrilo dan timnya menyensus burung camar gading, kittiwake, guillemot, auk kecil, eider, dan burung camar kelabu, serta mengukur, menimbang, menandai, dan memasang geo­lokator pada beberapa di antaranya. Forest Rohwer dan mahasiswa pascasarjananya Steven Quistad mengumpulkan miliaran virus dari berbagai media yang subur, seperti guano dan lumpur pantai, dan akan mengungkap pe­ngetahuan baru dari pengurutan DNA virus tersebut sekembalinya dia ke laboratoriumnya di AS. Mike Fay mengidentifikasi dan me­ngumpulkan lebih dari 30 spesies tanaman berbunga. Daria Martynova mengambil sampel kolom air untuk kopepoda, mengukur penetrasi spesies Atlantik Utara Calanus finmarchicus ke dalam wilayah Arktika Calanus glacialis. Upaya tersebut, serta semua pengamatan lain yang dilakukan selama ekspedisi ini, akan membantu menjawab beberapa pertanyaan kecil yang menjadi bagian suatu pertanyaan besar.

Apakah komunitas plankton berubah? Apakah tingkat reproduksi kittiwake dan guillemot masih sama seperti sebelumnya? Apakah fauna dasar laut atau flora daratan ter­pengaruh oleh tren perubahan suhu? Apakah beruang kutub menjadi lebih terkonsentrasi di pulau-pulau, terdampar di sana karena es laut lenyap dari Daratan Franz Josef selama musim panas? Apakah perubahan plankton berdampak besar pada populasi auk kecil? Inilah ekologi—semuanya saling berhubungan. Seluruh data dan analisis itu akan digabungkan selama beberapa bulan mendatang menjadi satu laporan lengkap, dengan Sala sebagai editor.

—Artikel terakhir David Quammen, pada Agustus 2009, soal ikan salem di Semenanjung Kamchatka. Artikel terbaru Cory Richards, "Menggali Dinosaurs Utah", dimuat dalam edisi Mei.