Daratan Franz Joseph

By , Rabu, 27 Agustus 2014 | 14:44 WIB

Grémillet dan Fort menangkap auk kecil dengan memasang "karpet jerat" yang membelit kaki burung yang hinggap, kemudian setiap burung ditimbang, diukur, dan ditandai. Beberapa burung juga dipasangi detektor waktu-kedalaman atau geolokator, alat kecil yang dipasang di kaki atau dada, yang kemudian bisa diambil datanya. Alat geolokator melacak rute migrasi ke selatan setelah burung tersebut berkembang biak. Detektor waktu-kedalaman memperlihatkan seberapa dalam sang burung menyelam, berapa lama dia di dalam air setiap kali menyelam, dan berapa jam sehari dia mencari makanan dengan cara yang melelahkan tersebut. Dari penelitian sebelumnya di Green­land dan Spitsbergen, Grémillet dan Fort me­ngetahui bahwa selama musim dingin auk kecil yang hanya makan Calanus finmarchicus terpaksa mencari makan hingga sepuluh jam sehari guna memenuhi kebutuhan energinya. Bayangkan parahnya keadaan di musim panas, saat dia harus mengerami dan memberi makan anaknya, jika hanya tersedia sumber pangan yang butuh kerja keras itu?!break!

Suatu senin di akhir agustus, setelah dua kali mencoba, kami berhasil mencapai Tanjung Fligely, di pantai utara Pulau Rudolf, pulau paling utara di kepulauan tersebut. Di sini, saya bersama Paul Rose turun ke darat untuk mendaki ke puncak gletser.

Kami mendaki dari pantai dengan hati-hati, karena tadi malam terlihat dua beruang kutub di sekitar sini sementara pagi ini terlihat satu lagi. Untungnya hewan tersebut telah pindah ke tempat lain, dan pantai kini aman. Seperti biasa, kami ditemani seorang pengawal: pemuda Rusia lainnya, Alexey Kabanihin, yang membawa peluru suar, radio, dan Saiga-12, magasinnya diisi dengan beberapa peluru hampa sebelum peluru asli.

Hari itu sangat cerah. Dari tanjung barat tempat kami mendarat, menggunakan crampon dan kapak es, saya dan Rose mulai krak-kruk mendaki lereng, sementara Kabanihin tertinggal di belakang. Esnya lembut di permukaannya, berbutir seperti gabus, dan keras di bawahnya; pijakan yang bagus. Namun, saat kami men­dekati puncak, suara dari radio Kabanihin merusak suasana hati kami. Dari Maria Gavrilo, katanya: "Paul, beruang kutub mencium bau kalian. Dan berjalan ke arah kalian. Mendaki gletser. Saya sarankan kalian segera turun."

Kami bertukar pandang. "Rojer, Maria," kata Rose. "Kami paham." Dia mematikan radio. Kami tidak tahu bahwa dia sedang menghadapi situasi berbahaya di bawah—jumlah kami di pulau ini terlalu banyak, menyebar, tidak mengindahkan peringatan, sementara beruang berkeliaran. Bisakah kita melanjutkan pendakian sedikit lagi? Rose bertanya kepada Kabanihin, yang menggeleng dan melipat tangan: benar-benar nyet, (tidak). Tapi dalam hati kami: da, (ya). "Semenit saja?" kata Rose memohon. Ketika pemuda malang itu mengernyit bimbang, kami berdua berlari meninggalkannya. Dapatkan koordinat GPS, kata saya. Dia melaporkan: 81 derajat, 50,428 menit lintang utara.

Saat menuruni kubah es, kami melihat seekor beruang kutub menghalangi jalur kami ke kapal, dan seekor lainnya di kiri kami. Beruang di depan mendaki mendekati kami. Yang seekor lagi duduk, tetapi menoleh saat kami bergerak. Saya menyadari betapa seriusnya keadaan saat Kabanihin menyerahkan suar kepada saya. Kami terus berjalan. Jangan bersuara, bisik Kabanihin. Tetap berdekatan. Dia tampak sangat gugup. Gletser ini besar dan terbuka, dan merupakan habitat beruang. Kami mencoba menuju arah lain, tetapi beruang di depan tetap menghadang, dia sengaja berjalan ke arah kami. Tiba-tiba saya merasa seolah-olah kami hanyalah tiga kerat daging gelap di atas piring yang sangat putih. Saya mengawasi beruang di sebelah kiri, kalau-kalau dia menyerang sementara Kabanihin mengawasi yang lain.

Kabanihin meletakkan senapannya di atas es. Dia mengambil kembali suar dari saya, melepaskan tutupnya, dan menembakkannya ke arah—tetapi tidak tepat pada—beruang yang ada di depan. Api fosfor merah melesat di atas es. Ketika beruang itu kabur ke kiri dengan beberapa puluh langkah, kami mendapat celah untuk dilewati.

Nasib baik. Kalau kami sampai tewas, atau beruangnya yang mati, Sala mengingatkan kami kemudian, ekspedisi tersebut akan terhenti.!break!

Di pantai timur-laut pulau hayes, di bagian tengah kepulauan ini, terdapat bekas pos meteorologi lama yang dikenal sebagai Stasiun Krenkel, yang sangat aktif selama era Soviet. Stasiun yang didirikan pada 1957 ini kemudian dilengkapi antena tinggi yang diperkuat dengan kabel penahan, tempat peluncuran untuk roket penelitian berukuran kecil, jalur rel mini untuk memindahkan barang dan peralatan, serta puluhan bangunan. Pada masa keemasannya, ada 200 orang yang bekerja dan tinggal di Krenkel. Sekarang hanya ada sekitar enam orang, dan setidaknya dua anjing husky, satu bermuka hitam dan satunya krem. Saya bersama Romanenko, Garankina, dan Fay melompat ke sisi daratan.

Kedatangan kami sudah mendapat izin kepala stasiun, dan dia membiarkan kami berkeliling tanpa pengawasan di wilayah penuh reruntuhan.

Stasiun ini sangat aktif sekitar 1967 sampai 1987, menurut Romanenko. Di tempat lain di Daratan Franz Josef, pangkalan udara Soviet digunakan pesawat pengebom jarak jauh untuk lepas landas dan berpatroli di Arktika dalam keadaan siap menyerang, sebagaimana bomber dari pangkalan Amerika. Namun, Stasiun Krenkel bukan bagian kegiatan tersebut. Stasiun ini didirikan untuk tujuan ilmiah dan bahkan menjalin kerja sama dengan dunia internasional, melalui kolaborasi dengan ahli meteorologi Prancis yang meluncurkan roket penelitian serupa di tempat lain. Kemudian terjadi perubahan besar pada pergantian tahun 1990-an, menjelang bubarnya Uni Soviet.

Lebih parah lagi, Stasiun Krenkel mengalami kebakaran pada 2001. Personel ditarik dan tidak ada penggantinya. Mereka meninggalkan rumah mungil, pusat rekreasi dengan dua piano dan meja biliar serta perpustakaan, lalu naik ke kapal atau helikopter yang membawa mereka kembali ke daratan Rusia. Romanenko tampaknya terkenang semua hal itu ketika kami berjalan di tengah reruntuhan stasiun kutub yang kecil ini."C’est la fin de l’empire," katanya, tanpa repot-repot menggunakan bentuk lampau dalam bahasa Prancisnya. Akhir sebuah negeri. Dia cukup tua untuk mengingat kejadian tersebut.