Kekaisaran Maya yang Hilang

By , Jumat, 2 September 2016 | 18:00 WIB

“Saya rasa mereka mengubah cara politik dimainkan. Saya rasa mereka menciptakan sesuatu yang cukup baru,” ujar Tomás Barrientos, seorang arkeolog Guatemala. “Secara pribadi saya melihatnya sebagai terobosan dalam sejarah Maya.”

Yuknoom Cheen juga membuat sebuah rute perdagangan baru di sisi barat kerajaannya, sehingga menghubungkan berbagai sekutu. Para ilmuwan telah menemukan sebuah kejanggalan dari kota-kota bawahan ini. Kelihatannya sekutu dekat tertentu tidak memiliki glif emblem mereka sendiri, serta rajanya walaupun penuh dengan perhiasan mewah, tidak memakai gelar kerajaan begitu mereka jatuh ke tangan para Ular.

Sementara itu, raja-raja Ular di Calakmul mengenakan gelar yang lebih besar lagi: kaloomte. Raja diraja.

“Saya rasa mereka mengubah cara politik dimainkan. Saya rasa mereka menciptakan sesuatu yang cukup baru,” ujar Tomás Barrientos, seorang arkeolog Guatemala. “Secara pribadi saya melihatnya sebagai terobosan dalam sejarah Maya.”

Para Ular tak melepaskan perhatiannya dari musuh lamanya, Tikal, yang berkali-kali mencoba untuk bangkit kembali dan membalas dendam. Pada 657, setelah memperkuat sekutunya, Yuknoom Cheen dan seorang raja boneka di dekat situ, seorang pria ambisius bernama Dewa yang Memalu Angkasa, menyerang Tikal. Dua dasawarsa kemudian, Tikal bangkit lagi, dan sang raja Ular sekali lagi mengatur agar kota itu kalah dan membunuh rajanya.

Bagaimana Tikal masih bisa mengancam para Ular yang kelihatannya memiliki banyak kekuatan? Para ahli berpendapat bahwa para raja Maya harus berhati-hati saat mempertahankan persekutuannya dan sering kali membiarkan raja yang kalah tetap hidup. Bisa saja pertempuran Maya Klasik sebagian besar bersifat seremonial. Atau mungkin, persekutuan para raja yang kalah, memohon ampun. Atau barangkali raja-raja Maya biasanya tidak memiliki cukup banyak tentara untuk menghabisi sebuah kota.

Apa pun alasannya, Yuknoom Cheen melakukan permainan politik yang rentan. Ia justru mengadakan pertemuan perdamaian dengan raja baru Tikal. Saat itulah ia memperkenalkan penerusnya (kemungkinan putranya), Cakar Api, yang kelak akan mewarisi kerajaannya. Dan akan benar-benar kehilangan kerajaan itu selama-lamanya.

Di usianya yang telah lanjut, sekitar 86 tahun, Yuknoom Cheen mengembuskan napas terakhir. Bagi sebagian besar penduduk Calakmul, mencapai setengah saja dari usia itu sudah beruntung. Namun, raja-rajanya adalah orang yang mendapat banyak kenyamanan, hanya memakan tamale yang lembut, sehingga bahkan gigi mereka tampak lebih muda dari sewajarnya. Kekurangan gizi menyebar di kalangan masyarakat bawah, tetapi kaum elite bisa kelebihan berat badan dan mungkin ada yang mengidap diabetes.