'Kentut Pohon' Menyumbang Seperlima Gas Rumah Kaca dari Hutan Hantu

By Fikri Muhammad, Senin, 19 Juli 2021 | 17:00 WIB
Hutan hantu (satu dalam foto di Carolina Utara) adalah hutan pantai yang tenggelam oleh kenaikan permukaan laut. Pemakaman arboreal ini mengeluarkan gas rumah kaca dari tanah dan pohon mati mereka. (M. ARDÓN) ()

 

"Seiring dengan konversi hutan menjadi lahan basah, kami memperkirakan dalam jangka waktu yang lama akan mewakili penyerap karbon yang substansial," katanya di laman Science News.

Lahan basah menyimpan lebih banyak karbon daripada hutan. Namun dalam jangka pendek, pohon mati membusuk dan berhentu mengambil karbondioksida melalui fotosintesis. Sehingga itu akan menjadi sumber gas rumah kaca utama.

Untuk lebih memahami bagaimana hutan hantu mengeluarkan gas ke atmosfer, para peneliti mengukur gas rumah kaca yang melayang dari pohon mati dan tanah di lima hutan hantu di Semenanjung Albemarle-Pamlico di Carolina Utara.

"Agak menakutkan" di luar sana, kata Melinda Martinez, ahli ekologi lahan basah di North Carolina State University.

Akan tetapi, Martinez tidak takut dengan hutan hantu. Pada 2018 dan 2019, ia mengukur emisi CO2, metana, dan nitrous oxide dari pohon mati menggunakan penganalisis gas portabel yang ia bawa di punggungnya. "Saya benar-benar terlihat seperti ghostbuster," katanya.

Baca Juga: Fosil Hutan Berusia 385 Juta Tahun, Ditemukan di Cairo, New York

Ahli ekologi lahan basah Melinda Martinez membawa alat penganalisis gas portabel di punggungnya untuk mengukur “kentut pohon” yang dipancarkan oleh pohon hutan hantu. Sebuah tabung menghubungkan penganalisis gas ke segel kedap udara di sekitar batang pohon. (M. ARDÓN) ()

Tanah mengeluarkan sebagian besar gas rumah kaca dari hutan hantu. Setiap meter persegi tanah memancarkan rata-rata 416 miligram CO2, 5,9 miligram metana, dan 0,1 miligram nitro oksida per jam. Rata-rata pohon mati melepaskan sekitar 116 miligram CO2, 0,3 miligram metana, dan 0,04 miligram nutro oksida per meter persegi per jam, dengan total sekitar seperempat emisi tanah.

Mengukur gas rumah kaca dari pepohonan "semacam mengukur napas terakhir hutan ini," kata Marcelo Ardón, ahli ekologi ekosistem dan biogeokimia di North Carolina State University. Ardón menciptakan istilah "kentut pohon" untuk menggambarkan emisi gas rumah kaca dari pohon yang mati.

"Saya memiliki anak berusia 8 tahun dan 11 tahun, dan lelucon kentut adalah apa yang kita bicarakan," katanya. Akan tetapi, analogi ini memiliki dasar biologis juga. Kentut sebenarnya disebabkan oleh mikroba di dalam tubuh; gas rumah kaca yang dipancarkan oleh hutan hantu diciptakan oleh mikroba di tanah dan pepohonan.

Dalam skema besar emisi karbon, peran hutan hantu mungkin kecil. Kentut pohon, misalnya, tidak ada hubunganya dengan sendawa sapi. Akan tetapi, menghitung sumber karbon yang kecil sekalipun itu penting untuk menyempurnakan pemahaman kita tentang anggaran karbon global, kata Martinez.

Baca Juga: Sebuah Pohon Masih Terus Membara sejak Kebakaran Hutan California 2020