Nationalgeographic.co.id—Jika pohon kentut di hutan, apakah itu mengeluarkan suara? Tidak, tapi itu menambah sedikit gas rumah kaca ke atmosfer.
Gas yang dilepaskan oleh pohon mati (dijuluki 'kentut pohon') menyumbang sekitar seperlima dari gas rumah kaca yang dipancarkan oleh kerangka, hutan berawa di sepanjang pantai Carolina Utara. Sementara emisi ini pucat dibandingkan sumber lain, perhitungan yang akurat diperlukan untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang dari mana gas pemanasan iklim berasal.
Sebuah tim ahli ekologi mengendus kentut pohon di hutan hantu, yang terbentuk ketika air asin naik dari permukaan laut. Gas ini meninggalkan rawa yang penuh dengan pohon mati yang berdiri.
Ekosistem hantu ini diperkirakan akan berkembang seiring dengan perubahan iklim, namun tidak jelas persis bagaimana mereka berkontribusi pada karbon dunia. "Munculnya hutan hantu adalah salah satu perubahan terbesar yang terjadi sebagai respons terhadap kenaikan permukaan laut," kata Keryn Gedan, ahli ekologi pantai di Universitas George Washington yang terlibat dalam penelitian itu.
"Seiring dengan konversi hutan menjadi lahan basah, kami memperkirakan dalam jangka waktu yang lama akan mewakili penyerap karbon yang substansial," katanya di laman Science News.
Lahan basah menyimpan lebih banyak karbon daripada hutan. Namun dalam jangka pendek, pohon mati membusuk dan berhentu mengambil karbondioksida melalui fotosintesis. Sehingga itu akan menjadi sumber gas rumah kaca utama.
Untuk lebih memahami bagaimana hutan hantu mengeluarkan gas ke atmosfer, para peneliti mengukur gas rumah kaca yang melayang dari pohon mati dan tanah di lima hutan hantu di Semenanjung Albemarle-Pamlico di Carolina Utara.
"Agak menakutkan" di luar sana, kata Melinda Martinez, ahli ekologi lahan basah di North Carolina State University.
Akan tetapi, Martinez tidak takut dengan hutan hantu. Pada 2018 dan 2019, ia mengukur emisi CO2, metana, dan nitrous oxide dari pohon mati menggunakan penganalisis gas portabel yang ia bawa di punggungnya. "Saya benar-benar terlihat seperti ghostbuster," katanya.
Baca Juga: Fosil Hutan Berusia 385 Juta Tahun, Ditemukan di Cairo, New York
Tanah mengeluarkan sebagian besar gas rumah kaca dari hutan hantu. Setiap meter persegi tanah memancarkan rata-rata 416 miligram CO2, 5,9 miligram metana, dan 0,1 miligram nitro oksida per jam. Rata-rata pohon mati melepaskan sekitar 116 miligram CO2, 0,3 miligram metana, dan 0,04 miligram nutro oksida per meter persegi per jam, dengan total sekitar seperempat emisi tanah.
Mengukur gas rumah kaca dari pepohonan "semacam mengukur napas terakhir hutan ini," kata Marcelo Ardón, ahli ekologi ekosistem dan biogeokimia di North Carolina State University. Ardón menciptakan istilah "kentut pohon" untuk menggambarkan emisi gas rumah kaca dari pohon yang mati.
"Saya memiliki anak berusia 8 tahun dan 11 tahun, dan lelucon kentut adalah apa yang kita bicarakan," katanya. Akan tetapi, analogi ini memiliki dasar biologis juga. Kentut sebenarnya disebabkan oleh mikroba di dalam tubuh; gas rumah kaca yang dipancarkan oleh hutan hantu diciptakan oleh mikroba di tanah dan pepohonan.
Dalam skema besar emisi karbon, peran hutan hantu mungkin kecil. Kentut pohon, misalnya, tidak ada hubunganya dengan sendawa sapi. Akan tetapi, menghitung sumber karbon yang kecil sekalipun itu penting untuk menyempurnakan pemahaman kita tentang anggaran karbon global, kata Martinez.
Baca Juga: Sebuah Pohon Masih Terus Membara sejak Kebakaran Hutan California 2020