Menelusuri Asal-usul Manusia Indonesia Melalui Analisis Genom

By Eric Taher, Sabtu, 31 Juli 2021 | 17:00 WIB
Prahara mengenai siapa manusia Indonesia telah mewarnai perdebatan dari masa ke masa. Namun pada akhirnya, sains telah mengungkap jawabannya. (MEDIUM)

Nationalgeographic.co.id—Siapakah manusia Indonesia itu? Jika kita menanyakan ini dari sudut pandang biologis, maka jawabannya cukup rumit.

Pada dasarnya, asal usul dari manusia dapat ditelusuri dari genomnya. Genom merupakan informasi genetik yang ada di setiap makhluk hidup. "[Genom] sebebarnya merupakan cerita dari diri kita," ujar Herawati Sudoyo, peneliti biologi molekuler yang bekerja untuk Eijkman Institute.

Dalam webinar Pri-Nonpri, Cek DNA-mu, Yuk! yang diselenggarakan Roemah Bhinneka, Hera menjelaskan seluk beluk penelitian genom di Indonesia. Webinar ini diselenggarakan pada 26 Juni 2021.

"[Kami] sudah kurang lebih berkelana ke 19 pulau di Indonesia," tutur Hera. Selama bertahun-tahun, Hera bersama tim penelitiannya telah melakukan studi pada 130 suku di Indonesia.

(National Geographic Indonesia)

 

Salah satu pengalaman yang mengesankan baginya adalah penelitian di Lembah Bada, Sulawesi Tengah. Daerah ini dikenal dengan peninggalan megalit atau batu besar. "Megalit ini sebenarnya adalah sisa-sisa leluhur yang membawa budaya Austronesia ke Indonesia," jelas Hera. Ia melanjutkan, bahwa megalit serupa dapat dilihat di Selandia Baru, bahkan juga di Pulau Paskah yang dekat dengan Amerika Selatan.

Melalui contoh tersebut, ia menjelaskan bagaimana manusia memiliki kekerabatan antara satu sama lain. Kekerabatan ini dapat ditelusuri melalui DNA, yang menjadi komponen penting dari genom.

DNA pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama. Mereka adalah adenina (A), timina (T), guanina (G), dan sitosina (C). Komponen ini tersusun secara acak hingga mencapai 3 miliar jumlahnya.

Baca Juga: Tapak Jejak Genetika: Kita Adalah Campuran Berbagai Macam Moyang

 

Komponen DNA manusia yang terdiri dari adenina (A), guanina (G), timina (T), dan sitosina (C) (National Human Genome Research Institute)

Lantas, bagaimana melihat perbedaan manusia dari kromosomnya? Hera mengemukakan bahwa ada tiga marka yang dapat digunakan. Pertama, kromosom Y yang diturunkan dari ayah ke anak laki-laki. Kedua, DNA mitokondria yang diturunkan dari ibu ke seluruh anak-anaknya. Ketiga, adalah DNA autosomal yang mencerminkan pembauran genetik dari kedua orang tua.

"Untuk mempelajari [genealogi] manusia Indonesia, kita pakai tiga-tiganya," lanjutnya.

Dari penelitian terhadap kromosom Y dan DNA mitokondria, ditarik sebuah kesimpulan bahwa manusia atau Homo sapiens berasal dari Afrika. Dari sana, mereka kemudian bermigrasi ke Jazirah Arab, dan berpencar ke Eropa dan Asia.

Baca Juga: Migrasi Manusia dan Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia

 

Adapun genetika manusia Indonesia terbentuk melalui empat gelombang migrasi. Gelombang pertama berasal dari Afrika pada 60.000 tahun yang lalu. Mereka masuk ke Indonesia melalui India sebelum naiknya permukaan laut.

Kemudian gelombang kedua berasal dari Asia sekitar 10.000-30.000 tahun yang lalu. "Mereka membawa bahasa Austroasiatik dan datang dari Tiongkok Selatan atau dataran tinggi Vietnam," ungkap Hera.

Sementara gelombang ketiga masih berasal dari Tiongkok, yang melalui rute Formosa (Taiwan) dan Filipina sebelum mencapai Indonesia. Mereka datang sekitar 5.000-6.000 tahun yang lalu, dan membawa bahasa Austronesia.

 Baca Juga: Menelusuri Jejak Rantai Genetika Manusia di Kepulauan Pasifik

Gelombang terakhir adalah gelombang migrasi zaman modern. Mereka meliputi para pedagang dari India dan Arab serta membawa agama Hindu, Buddha, dan Islam yang kita kenal sekarang.

"Kita juga tidak boleh melupakan perdagangan rempah, di mana orang-orang Eropa turut datang ke Indonesia," ujar Hera.

Penelitian ini tentunya merupakan terobosan penting dalam melihat masa lalu manusia, dan membungkam semua narasi rasisme yang ada. Lantas selain untuk melihat masa lalu, apa yang menjadi manfaat penelitian ini?

"Di masa depan, ada yang namanya kedokteran presisi," jelas Hera. Ia mengungkap, bahwa sebuah penyakit dapat dipengaruhi oleh gen dari tubuh kita. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang mendalam terhadap jejak genetika manusia untuk mengungkap gen-gen mana saja yang berpengaruh terhadap penyakit tersebut. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat mewujudkan pengobatan di masa depan yang sepenuhnya sesuai dengan DNA kita.

Baca Juga: Bukti Perkawinan Campur Sebabkan Genetika Leluhur Perlahan Memudar