Tenggelamnya Doggerland
Arkeolog Inggris Paul Pettitt bersama koleganya dalam buku The British Palaeolithic: Human Societies at the Edge of the Pleistocene World menulis, bahwa Doggerland pada pertengahan Pleistosen memiliki sungai yang kini menjadi Selat Channel. Berangsur-angsur, sungai ini menjadi danau dan dibantu pengairannya oleh Sungai Rhine, Scheldt, dan Thames.
Selama periode akhir masa glasial terakhir, Laut Utara dan sebagian besar Inggris Raya ditutupi es, dan permukaan laut lebih rendah. Permukaan laut terjadi pada periode hangat pada 12.000 SM.
Ada pula spekulasi lain meyakini bahwa Doggerland tenggalm pada 8.200 tahun silam setelah tsunami besar. Gelombang itu tercipta akibat bencana yang dihasilkan oleh longsoran bawah laut di lepas pantai Norwegia yang disebut sebagai longsoran Storegga.
Baca Juga: Empat Kota yang Benar-Benar Tenggelam, 'Alantis' Versi Nyata
Bernhard Weningar dan tim lewat makalah The catastrophic final flooding of Doggerland by the Storegga Slide tsunami, Documenta Praehistorica XXXV di Documenta Praehistorica XXXV (2008) menulis dampak tsunami ini.
Yakni, Inggris Raya dari Eropa secara geografi dan budayanya terpisah. Maka kebudayaan Mesolitik di Inggris harus menjalankan caranya sendiri yang sedikit berbeda dari penduduk di Eropa. Tsunami ini juga menyisakan kepulauan-kepuluan rendah di Skotlandia.
"Ada masa ketika Doggerland kering dan sangat kaya, tempat yang indah untuk pengumpul pemburu," kata Van der Vaart-Verschoof. "Itu bukan ujung bumi, atau jembatan darat ke Inggris. Itu benar-benar jantung Eropa. Ada pelajaran yang bisa dipetik."
"Kisah Doggerland menunjukkan betapa merusaknya perubahan iklim. Perubahan iklim yang kita lihat hari ini adalah buatan manusia tetapi efeknya bisa sama menghancurkannya dengan perubahan yang terlihat bertahun-tahun yang lalu," tambahnya.
Baca Juga: Peradaban Tertua di Dunia dan Benua Kumari Kandam yang Hilang