Doggerland, 'Atlantis' yang Hilang di Antara Inggris dan Belanda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 10 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Peta yang menunjukkan keberadaan Doggerland yang menggabungkan Inggris Raya, Irlandia, dengan Benua Eropa selama periode glasial terakhir. (National Geographic)

Nationalgeographic.co.id - Ketika permukaan air menyusut pada zaman es, ada dataran yang sangat penting untuk memahami bagaimana penyebaran manusia di Eropa. Dataran itu disebut Doggerland, terbentang menghubungkan Inggris Raya dan Irlandia dengan Benua Eropa, dan diduga sebagai "Atlantis yang hilang" karena tsunami pada 8.000 tahun yang lalu.

Dugaan Atlantis sudah dibayangkan oleh sastrawan Inggris H.G Wells pada akhir abad ke-19. Kemudian diperkuat seiring ditemukannya bukti keberadaan manusia di bawah sana. Seperti pada 1931, ketika sebuah kapal pukat mengeruk tanah dan menemukan ujung tombak purba.

Dugaan itu kemudian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan lewat penjelejahan di garis pantai Belanda untuk mencari artefak dan fosil. Bukti-bukti itu kemudian dipamerkan Rijksmuseum di Leiden, Belanda, dan digabungkan dengan hasil temuan sebelumnya.

 

Koleksi itu setidaknya ada 200 objek, seperti tempat menyimpan anak panah yang terbuat dari tulang rusa, fosil kotoran hyena dan diigi geraham raksasa, hingga fragmen tengkorak Neanderthal.

Terkait fragmen tengkorak, ditemukan pertama kali pada 2001 di lepas pantai Zeeland, Belanda. Analisis para penelti Max Planck Institute, University of British Columbia, Simon Fraser University, dan University of Leiden di Journal of Human Evolution (2009), mengungkapkan lebih detil tengkorak itu milik Neanderthal karnivora, dan memiliki bekas luka dari tumor di matanya.

Melansir the Guardian, Sasja van der Vaart-Verschoof, asisten kurator departemen prasejarah Rijksmuseum mengatakan, belakangan banyak studi ilmiah yang masuk untuk mengungkapkan Doggerland.

"Kami memiliki komunitas arkeolog amatir yang luar biasa yang hampir setiap hari berjalan di pantai ini dan mencari fosil dan artefak, dan kami bekerja dengan mereka untuk menganalisis dan mempelajarinya," paparnya.

Baca Juga: Yonaguni-Jima: Antara Atlantis atau Fenomena Alam di Laut Jepang

Koleksi Rijksmuseum terkait Doggerland dipamerkan untuk dikunjungi selama liburan musim panas oleh murid-murid di Belanda. Kini, pihak museum juga mengadakan tur virtual di kanal YouTube mereka. (Rijksmuseum)

Dia menerangkan bahwa saat ini banyak reklamasi dilakukan berbahan material yang dikeruk dari laut untuk melingungi garis pantai yang berdampak dari krisis iklim. Material ini menjadi harta karun yang menyingkap keberadaan dunia satu juta tahun lalu, saat dihuni manusia modern, Neanderthal, dan Homo antecessor.

Koleksi lainnya yang dimiliki Rijksmuseum adalah batu dengan gagang berbahan kayu pohon birch dari 50.000 tahun silam. Diperkirakan keguanaannya adalah alat mencukur rambut. Alat ini ditemukan pada 2016 oleh Willy van Wingerden, dan menjadi penambah khazanah ilmuwan tentang Neanderthal lebih kompleks.

Van der Vaart-Verschoof menambahkan, tak hanya fosil yang memiliki bekas tumor, ada pula tenkorak manusia yang punya bekas luka yang diperkiarakan karena ritual penguburan yang ditemukan Van Wingerden di pantai sekitar Rotterdam pada 2015.

Banyaknya temuan, termasuk fosil hyena, membuktikan bahwa Doggerland (terutama di dekat Belanda kini) memiliki dataran rumput terbuka. Sehingga, dapat menjadi tempat yang ideal untuk menggembala rusa kutub untuk dimangsa singa gua, kucing bertaring tajam, hyena, serigala, dan karnivora lainnya.

Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis

Tenggelamnya Doggerland

Arkeolog Inggris Paul Pettitt bersama koleganya dalam buku The British Palaeolithic: Human Societies at the Edge of the Pleistocene World menulis, bahwa Doggerland pada pertengahan Pleistosen memiliki sungai yang kini menjadi Selat Channel. Berangsur-angsur, sungai ini menjadi danau dan dibantu pengairannya oleh Sungai Rhine, Scheldt, dan Thames.

Selama periode akhir masa glasial terakhir, Laut Utara dan sebagian besar Inggris Raya ditutupi es, dan permukaan laut lebih rendah. Permukaan laut terjadi pada periode hangat pada 12.000 SM.

Ada pula spekulasi lain meyakini bahwa Doggerland tenggalm pada 8.200 tahun silam setelah tsunami besar. Gelombang itu tercipta akibat bencana yang dihasilkan oleh longsoran bawah laut di lepas pantai Norwegia yang disebut sebagai longsoran Storegga.

Baca Juga: Empat Kota yang Benar-Benar Tenggelam, 'Alantis' Versi Nyata

Tulang mamut yang ditemukan di Laut Utara oleh nelayan Inggris yang menggambarkan keberadaan Doggerland di masa lalu. Kini tengkorak itu menjadi koleksi Celtic and Prehistoric Museum, Irlandia. (Ogmios/Wikimedia)

Bernhard Weningar dan tim lewat makalah The catastrophic final flooding of Doggerland by the Storegga Slide tsunami, Documenta Praehistorica XXXV di Documenta Praehistorica XXXV (2008) menulis dampak tsunami ini.

Yakni, Inggris Raya dari Eropa secara geografi dan budayanya terpisah. Maka kebudayaan Mesolitik di Inggris harus menjalankan caranya sendiri yang sedikit berbeda dari penduduk di Eropa. Tsunami ini juga menyisakan kepulauan-kepuluan rendah di Skotlandia.

"Ada masa ketika Doggerland kering dan sangat kaya, tempat yang indah untuk pengumpul pemburu," kata Van der Vaart-Verschoof. "Itu bukan ujung bumi, atau jembatan darat ke Inggris. Itu benar-benar jantung Eropa. Ada pelajaran yang bisa dipetik."

"Kisah Doggerland menunjukkan betapa merusaknya perubahan iklim. Perubahan iklim yang kita lihat hari ini adalah buatan manusia tetapi efeknya bisa sama menghancurkannya dengan perubahan yang terlihat bertahun-tahun yang lalu," tambahnya.

Baca Juga: Peradaban Tertua di Dunia dan Benua Kumari Kandam yang Hilang