Filosofi Kuasa Perempuan di Balik Penutup Kepala Tradisional

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 19 Agustus 2021 | 18:00 WIB
Tikuluak atau tengkuluk dipakai oleh Aurel Hermansyah saat menikah dengan Atta Halilintar. Penutup kepala ini menjadi ciri khas berpakaian wanita di Nusantara yang beragam. (Aurel Hermansyah)

Jong Bayan

Penutup kepala ini khas dari Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Bahannya terbuat dari kain tenun berbentuk persegi empat yang luasnya sekitar 40 sentimeter dengan paduan benang warna-warni.

Pemakaiannya cukup sederhana, dengan membagi dua hingga membentuk segitiga untuk diikatkan ke kepala. Selanjutnya, benang diujung kain yang merupakan tali pengikat harus dibalutkan ke depan kepala sampai habis.

"Segitiga itu bermakna melambangkan sebuah gunung adalah sumber dari makhluk hidup di Bumi ini. Jong digunakan sejak turun temurun dan sering digunakan pada acara ritual antara lain: 1.  Maulid adat bayan; 2. Ritual menumbuk padi; 3. Ritual mencuci beras di saat kami ingin melaksanakan ritual adat," papar Sarbini Wati yang mengenalkan jong.

Agar kuat tidak lembek berdiri di kepala, jong bisa ditambahkan kertas manila dalam lipatan segitiga sebelum dikenakan.

Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu

Jong Bayan, penutup kepala perempuan khas Lombok Utara. (Desa Karang Bajo)

Tatupung Dayak Maanyan

Ada tiga jenis tatupung sebagai penutup kepala perempuan Dayak Maanyan, yakni tatupung balik, tatupung rebe, dan tatupung bahuru. Tatupung balik bertujuan untuk mempercantik dan merapihkan penampilan perempuan saat acara adat seperti kematian dan hajatan.

Tatupung rebe lebih digunakan untuk melindungi kepala perempuan dari serangan terik matahari. Jenis tatupung ini biasa digunakan untuk kegiatan menanam, menumbuk, hingga memanen padi, yang dapat melingungi kepala, wajah, punggu, hingga kaki.

Baca Juga: Perempuan Nusantara dalam Lingkungan Patriarki Hindia Belanda

Dua gadis dayak sekitar tahun 1930 menggunakan penutup kepala tatupung. (KITLV)

Sama dengan tatupung rebe, tatupung bahuruk biasanya digunakan untuk melindungi kepala. Biasanya tatupung ini digunakan oleh perempuan yang bekerja di perkebunan seperti karet, sehingga fungsinya lebih melindungi diri dari percikan getah, dan membawa benda berat di kepala.

"Secara kesluruhan, apabila perempuan Dayak menggunakan tatupung itu sudah siap bekerja dan membantu aktivitas masyarakat adat Maanyan. Artinya yang menutup wajah sampai punggung itu adalah sifat yang harus  pantang mundur," Mama Endek dari Kalimantan Tengah menjelaskan.

Baca Juga: Dampak Bencana dan Perubahan Iklim terhadap Kaum Perempuan Sejagad