Kawin Sedarah, DNA Kuno Ungkap Sejarah Evolusi Keluarga Badak

By Ricky Jenihansen, Minggu, 29 Agustus 2021 | 09:00 WIB
Rekonstruksi paleoartist dari tiga spesies punah yang genomnya diurutkan. (Liu et al)

Seekor badak Sumatera jantan muda bernama Kertam, yang genomnya diurutkan dalam penelitian baru menemukan bahwa dua populasi kecil yang tersisa dari spesies tersebut menjaga kesehatan genetik yang baik, terlihat di pulau Kalimantan. (Scuba Zoo/Handout via REUTERS)

Badak secara historis memang memiliki tingkat keragaman genetik yang rendah, dan penelitian ini mengonfirmasi bahwa semua badak bahkan yang sudah punah memiliki keragaman genetik yang relatif rendah.

“Sampai batas tertentu, ini berarti bahwa keragaman genetik yang rendah yang kita lihat pada badak saat ini, yang semuanya terancam punah, sebagian merupakan konsekuensi dari biologi mereka,” kata Dalen.

Ia mengungkapkan, keragaman genetik yang relatif rendah saat ini berkorelasi dengan tingkat kawin sedarah mereka yang tinggi. Lebih tinggi dibandingkan dengan genom badak sejarah dan prasejarah yang diketahui.

Menurut peneliti, penurunan populasi badak baru-baru ini sebagai akibat oleh perburuan dan perusakan habitat telah berdampak serius pada genom badak.

Baca Juga: Titik Terang Bagi Nasib Badak Hitam Afrika yang Terancam Punah

“Ini tidak baik, karena keragaman genetik yang rendah dan perkawinan sedarah yang tinggi dapat meningkatkan risiko kepunahan pada spesies saat ini," kata Dalen.

Meski demikian, menurut peneliti, tampaknya tingkat keragaman genetik yang rendah pada badak adalah bagian dari sejarah jangka panjang mereka dan tidak menyebabkan peningkatan masalah kesehatan terkait perkawinan sedarah dan mutasi penyebab penyakit.

“Badak mungkin telah membersihkan mutasi yang merusak dalam 100 tahun terakhir, memungkinkan mereka untuk tetap relatif sehat, meskipun keragaman genetiknya rendah. Temuan ini sebagian merupakan kabar baik, dan sebagian lagi tidak,” kata Dalen.