Perdagangan Budak Belanda di Transatlantik, Dari Afrika hingga Amerika

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 2 September 2021 | 18:00 WIB
Lukisan Jan Luyken sekitar 1711. Dua orang Belanda menunjuk seorang budak Afrika di koloni Dunia Baru. (Dutch Culture USA)

Biasanya budak didapatkan dari pedalaman Afrika lewat penaklukkan, dan persaingan dengan berbagai kerajaan setempat dengan mengimpor uang dan senjata.Setiap kali mendapat tawanan, mereka akan dibawa ke benteng Eropa di pesisir ratusan kilometer jauhnya dengan jalan kaki. Tidak sedikit yang selamat dari perjalanan ini.

Salah satu pengalaman penawanan budak Afrika adalah Willem Bosman, pedagang budak untuk Hindia Barat. Lewat catatannya sekitar tahun 1688 ia menulis, "Saat kami mencapai kesepakatan denga para pedagang Afrika, para budak dibawa ke penjara. Di sana mereka diberi jatah air dan roti seharga masing-masing dua sen. Sama seperti penjahat di kampung halaman (Belanda)."

Baca Juga: Ada Berapa Banyak Orang yang Diperbudak di Dunia Ini?

Bagian bawah kapal yang disesaki para budak yang melintasi Samudera Atlantik. Pola seperti ini lazim dalam kapal-kapal Eropa, dan diterapkan pula oleh Belanda. (Musee d’Histoire de Nantes.)

Ketika kapal tersedia untuk dikirim ke Amerika Selatan, para budak "telanjang seperti hari mereka dilahirkan". Tak sedikit yang mencoba melarikan diri dari kapal, yang akhirnya dibunuh guna menghentikan kerusuhan di dalam kapal.

Mengutip dari African Studies Center Leiden University, diperkirakan 12 juta orang Afrika yang menjadi diangkut sebelum 1820 oleh bangsa Eropa. Akhir abad ke-18, masyarakat di Eropa mulai mengkampanyekan anti-perbudakan untuk koloni, terlebih dengan semangat Revolusi Prancis.

Belanda baru menghapus perbudakan transatlantik pada 1 Juli 1863. Penghapusan perbudakan itu menurut Lilie, membuat perubahan tenaga kerja dari free labour menjadi cheap labour. Akibatnya, banyak jasa tenaga kerja bermunculan menggantikan perbudakan.

Baca Juga: Kerangka Manusia Asal Afrika Ini Ungkap Kekejaman Perdagangan Budak

Pria, wanita dan anak-anak Afrika ditangkap untuk dijadikan budak. Litograf, sekitar 1874. (WELLCOME COLLECTION)

Contohnya, jasa tenaga kerja itu terjadi di Pulau Jawa, dengan menawarkan pekerja setempat untuk turut dalam pelayaran ke Suriname pada paruh akhir abad ke-19 hingga awal abade ke-20. Para penyalur tenaga kerja ini menjanjikan upah besar, yang nyatanya berlainan ketika para pekerja tiba di Suriname untuk mengurus perkebunan.

"Dari perbudakan gaya lama, menjadi perbudakan gaya baru," ujar Lilie.

Awalnya mereka (Belanda) menaklukan penduduk asli [Amerika] setempat, mereka [penduduk asli Amerika] kabur ke hutan. Kemudian mengambil orang Afrika untuk diperbudak, tapi kabur juga ke hutan dan memberontak. Akhirnya mengundang orang jauh di Jawa untuk dipekerjakan dengan melintasi samudera." 

Baca Juga: 'Mulih Njowo' Bukti Rindu Rakyat Jawa-Suriname Dengan Indonesia