Ouda menuturkan bahwa Mesir ingin membangun lebih banyak museum di seluruh negeri untuk mengumpulkan artefak-artefak yang telah ditemukan untuk menyelamatkan mereka dari masalah yang berkaitan dengan perubahan iklim.
"Artefak-artefak yang dipajang di museum-museum itu terpelihara dengan baik karena museum dilengkapi dengan AC dan diatur untuk menyesuaikan suhu dan kelembapan. Tetapi beberapa situs tidak dapat dilestarikan di dalam museum ber-AC, misalnya makam-makam. [Di situs-situs ini] kementerian melakukan pemeliharaan dan perbaikan berkala setiap enam hingga 12 bulan," bebernya.
Dalam beberapa kasus, pemerintah Mesir memindahkan artefak-artefak kuno ke tempat lain yang sesuai untuk menyelamatkannya. Hal semacam itu misalnya terjadi dalam kasus Museum Tekstil Mesir.
Baca Juga: Kota Tenggelam Thonis-Heracleion, Temuan Kapal dan Kuburan Mesir Kuno
Museum khusus ini menampung lebih dari 1.000 tekstil dari era Firaun hingga era modern. Selain itu, museum ini juga menyimpan kain penutup Kakbah, koleksi teksil dari era Yunani dan Romawi, era Koptik dan era Islam, tekstil daerah-daerah, serta tekstil impor yang bergaya gaya Iran, Irak, dan Yaman.
Kasus kerusakan barang kuno karena cuaca esktrem di Mesir juga terjadi pada makam Ratu Nefertari Mesir. Makan tersebut baru saja direnovasi karena lukisan warna-warni di dalamnya mulai memudar karena kelembapan dan meningkatnya jumlah pengunjung.
Makam berusia 3.000 tahun yang terletak 50 mil di selatan Kairo otu terkenal dengan lukisan-lukisannya yang megah dengan representasi dewa-dewa Mesir dan Nefertari sendiri yang digambarkan dalam bentuk yang sangat hidup. Warna-warna cerah dari ilustrasi ini bervariasi antara oranye, biru, dan hijau.
Baca Juga: Berusia 4.500 Tahun, Patung Kayu Bermata Kristal Ditemukan di Mesir