Tupai Tanah Bermantel Emas, Pola Perilaku Cerdas Menyiasati Ekosistem

By Agnes Angelros Nevio, Selasa, 14 September 2021 | 16:00 WIB
Tupai tanah bermantel emas (Callospermophilus lateralis) duduk di atas batu makan makanan dekat Danau Almanor Barat di Danau Almanor, Plumas County, California. (Frank Schulenburg)

Sementara itu, tupai dengan tipe kepribadian yang lebih agresif menunjukkan wilayah jelajah yang lebih besar dan area inti yang lebih besar. Mereka juga mendominasi tempat bertengger berbatu. Akibatnya, para peneliti berpikir bahwa sifat khusus inilah yang mendorong spesies tersebut ke habitat baru.

Tupai-tupai yang mendapat skor tertinggi untuk keempat ciri kepribadian memiliki lebih banyak tempat bertengger, wilayah jelajah yang lebih luas, dan area inti yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mendapat skor terendah.

Tidak mengherankan bahwa individu yang lebih aktif, berani, dan agresif cenderung memiliki akses yang lebih besar ke tempat bertengger, karena tipe perilaku ini, yang sering dikorelasikan sebagai sindrom perilaku proaktif 'atau' pertama, biasanya dianggap menunjukkan penggunaan sumber daya dan ruang yang lebih besar, "tullis para peneliti.

Baca Juga: Sambut Hari Bumi 2021, National Geographic Luncurkan Planet Possible

Tupai tanah bermantel emas (Callospermophilus lateralis) muncul dari sarangnya. (Adventures of a Recreational Naturalist)

Namun yang mengejutkan adalah betapa sosialnya beberapa individu proaktif ini. Mirip dengan tupai merah, tupai berjubah emas juga dianggap asosial.

Faktanya, tempat bertengger terbaik sering dipegang oleh para tipai yang mendapat skor tertinggi untuk kemampuan bersosialisasi. Bahkan untuk makhluk asosial, menjadi sosial mungkin memiliki keuntungan.

“Tapi mempelajari kepribadian hewan adalah ilmu yang sulit,” ujar Aliperti dilansir dari ScienceAlert. Pada dasarnya, itu tergantung pada peneliti yang mengkategorikan pengamatan hewan, yang berarti kita tidak pernah bisa benar-benar yakin apakah ada sifat atau perilaku lain yang gagal kita pertanggungjawabkan.

Baca Juga: Telah Punah 42.000 Tahun Silam, Kuda dari Zaman Es ini Akan Dikloning