Seni yang Menyembuhkan: Upaya Tepis Krisis Mental Saat Pandemi

By Agnes Angelros Nevio, Jumat, 17 September 2021 | 19:44 WIB
Relief Karmawibhangga. Terdapat kemiripan antara alat-alat musik pada relief Borobudur dengan sejumlah alat musik di Asia Tenggara, baik di penjuru Indonesia maupun banyak negara lain. Foto oleh Kassian Céphas. (KEMENDIKBUD)

"Sementara aktivitas kreatif yang paling umum adalah menonton film dan TV, aktivitas ini berada di peringkat paling bawah dalam daftar efektivitas dalam membuat orang merasa lebih baik," kata Frederic Kiernan kepada ABC. Dia merupakan peneliti dari Creativity and Wellbeing Hallmark Research Initiative, sekaligus penulis utama studi The Role of Artistic Creative Activities in Navigating the COVID-19 Pandemic in Australia.

Timnya menggunakan skala untuk mengukur kesepian, depresi, dan kecemasan. Peserta diminta untuk menentukan peringkat aktivitas kreatif dengan seberapa efektif hal tersebut meningkatkan suasana hati mereka.

"Kami menemukan bahwa mendengarkan musik, menyanyi, dan menari adalah tiga aktivitas paling efektif untuk membuat orang merasa lebih baik," kata Kiernan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kreatif "reseptif" atau "pasif" lebih sering dilakukan di masa karantina karena mudah dilakukan di rumah.

Baca Juga: Mariya Takeuchi: Jenius Pop di Balik Kejutan Sukses City Pop Jepang

Menari juga mampu memperbaiki suasana hati. Aerli Rasinah bersama topeng Panji yang merupakan tujuan dari pertunjukkan. Baginya Aerli, menarikan Panji butuh latihan ulet karena membutuhkan konsentrasi tinggi, agar bisa membawakan karakter yang tenang seperti filosofi Panji. (Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah)

Aktivitas pasif merupakan tiga dari empat yang paling populer. Sebanyak 80 persen responden menonton film dan televisi, 72 persen mendengarkan musik, dan 60 persen membaca buku atau literatur lainnya.

Bahkan, aktivitas mendengarkan musik menduduki peringkat paling efektif secara keseluruhan untuk perbaikan suasana hati.

"Musik adalah jenis aktivitas kreatif artistik yang sangat khusus. Musik dapat disisihkan ke dalam kehidupan sehari-hari dengan sangat mudah dibandingkan dengan aktivitas lain," kata Kiernan kepada ABC. Penelitiannya mengeksplorasi hubungan psikologis antara kreativitas dan kesejahteraan.

Sementara aktivitas pasif terbukti lebih populer, peserta cenderung menilai aktivitas aktif dan kreatif memiliki peringkat lebih tinggi untuk perbaikan suasana hati, dengan pengecualian mendengarkan musik.

Baca Juga: Apa Itu Musik Dansa Disko, Bagaimana Asal Mula Terbentuknya?