Perusahaan Makanan Asal Israel Kembangkan Makanan Dari Belalang

By Agnes Angelros Nevio, Jumat, 24 September 2021 | 12:00 WIB
Sudah lama sejak serangga disarankan menjadi makanan banyak orang di seluruh dunia. (Bloomberg)

Nationalgeographic.co.id—Dror Tamir membuka sebungkus permen berwarna cokelat. "Cobalah satu," kata sang bos perusahaan teknologi makanan Hargol itu.

Permen kecil dikemas dalam sebuah protein, tetapi bukan dari kedelai atau gelatin. Mereka malah dibuat dari serangga lompat yang dapat dimakan - locusts, yang merupakan sejenis belalang.

"Belalang rasanya seperti kemiri, jamur, kopi dan coklat," ujar Tamir. "Tetapi dengan berbagai makanan olahan kami, kami dapat menambahkan rasa yang berbeda, bahkan permen ini memiliki rasa jeruk dan stroberi."

Pengusaha Israel itu mengatakan bahwa ia menjadi terpesona dengan belalang saat ia masih kecil, setelah mendengar cerita dari neneknya, yang adalah juru masak di kibbutz, atau pertanian kolektif.

"Saya belajar tentang tahun 1950-an, ketika Israel menderita kerawanan pangan saat kawanan belalang terbang dari Afrika dan menghancurkan tanaman," katanya. "Sementara sebagian besar anggota kibbutz berlari ke ladang untuk menakut-nakuti belalang pergi, Yaman dan Maroko (anggota Yahudi) mengumpulkan beberapa ton belalang itu untuk mereka makan."

Dia menambahkan, "Peristiwa itu membuat saya belajar bahwa belalang adalah makanan untuk miliaran orang di seluruh dunia."

Serangga telah lama dimakan oleh orang-orang di seluruh Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Timur Tengah, tetapi bagi banyak orang di Eropa dan Amerika Utara hal itu tetap menjadi pemikiran yang sangat tidak masuk akal.

Tamir berharap untuk mengubah semua itu, dan perusahaannya akan memperkenalkan berbagai produk. Selain permen, dia juga akan memproduksi makannan berenergi, burger, dan bola falafel.

Jika Anda masih tidak yakin bahwa serangga akan menjadi bagian dari makanan orang Barat, beberapa ahli percaya pada akhirnya mungkin tidak ada pilihan karena masalah lingkungan dan proyeksi pertumbuhan populasi global .

Baca Juga: Perubahan Iklim Saat Ini Telah Memengaruhi Evolusi Serangga Laut

Belalang mengandung protein sebanyak daging sapi namun dengan lebih sedikit lemak tiap gramnya. (Lutfi Fauziah)

Pada 2050 penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar, naik dari saat ini 7,7 miliar. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pertanian tradisional tidak akan mampu menyelesaikan masalah ini. Dan pada saat yang sama, beralih ke protein serangga akan jauh lebih baik bagi lingkungan daripada memelihara sapi, domba, dan mamalia lainnya.

"Protein sangat penting dalam makanan kita," kata Prof Robin May, kepala penasihat ilmiah UK's Food Standards Agency. "Tapi sering beberapa makanan yang paling kaya protein meninggalkan jejak lingkungan atau etika yang buruk- Contohnya daging atau produk susu, misalnya "Beberapa protein serangga, seperti jangkrik tanah atau larva kering, yang murah, mudah untuk dibudidayakan, rendah lemak dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah daripada daging.

"Dan kadang-kadang mereka bahkan dapat memberikan layanan 'daur ulang' yang berharga, dengan mengonsumsi produk limbah sebagai bahan pakan utama mereka, sehingga potensi keuntungannya bagi masyarakat sangat signifikan."

Namun Prof May juga memperingatkan bahwa masih ada beberapa pertanyaan mengenai pengkonsumsian serangga yang dibudidayakan.

"Cara serangga diternakkan dan waktu yang relatif singkat digunakan sebagai hewan pertanian berarti bahwa kita hanya tahu lebih sedikit tentang makanan yang berasal dari serangga daripada yang kita ketahui, dari daging sapi," katanya.

Pertanyaan kunci pada tahap ini, adalah apakah beberapa protein serangga terbukti menyebabkan alergi atau memiliki dampak signifikan pada mikrobioma manusia - bakteri dan mikroba lain yang hidup di dalam tubuh kita.

Tamir yakin bahwa manfaat lingkungan dan kesehatan cukup menjadi alasan untuk menjadikan serangga sebagai bagian dari makanan. Perusahaannya memelihara belalang di dalam ruangan dengan fasilitas bertenaga surya di Israel utara. Spesies utama yang berkembang biak adalah belalang migratory, belalang gurun, dan jangkrik semak yang disebut nsenene.

“Kami dapat membiakkan 400 juta belalang per tahun di fasilitas kami,” kata Tamir, yang menambahkan bahwa serangga tersebut hanya membutuhkan 29 hari untuk menjadi dewasa sepenuhnya.

Baca Juga: Singapura Gunakan Serangga untuk Mengubah Sampah Menjadi Harta Karun

Serangga, seperti belalang goreng yang dipajang di pasar, merupakan jajanan populer di sejumlah negara. ( Amir Cohen/Reuters via National Geographic)

Dia mengklaim bahwa dibandingkan dengan produksi daging sapi, peternakan belalang mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 99%, konsumsi air hingga 1.000 kali dan penggunaan lahan subur 1.500 kali lipat.

Tamir juga ingin menunjukkan bahwa belalang itu aman dan halal, artinya belalang dapat dimakan oleh orang Yahudi dan Muslim yang taat agama.

Apakah Anda benar-benar dapat membeli serangga untuk dimakan tergantung pada negara tempat Anda tinggal. Di Inggris, Anda dapat membelinya dari perusahaan online seperti EatGrub dan Horizon Insects, meskipun sektor tersebut ingin pemerintah Inggris menghapus peraturan yang mahal.

Di Uni Eropa, baik belalang migratory, ulat tepung kuning, dan larva kumbang, dianggap layak untuk dikonsumsi manusia tahun ini. Perusahaan Perancis Ynsect membuat berbagai bubuk protein yang terbuat dari ulat tepung yang sudah bisa ditemukan di beberapa merek makanan berenergi, pasta, dan burger.

Baca Juga: Mengenal Meganeura, Serangga Terbesar yang Pernah Hidup di Bumi

Kepala eksekutif Antoine Hubert mengatakan protein itu "benar-benar alami" dan "alternatif dengan proses cepat" untuk banyak daging berbasis mamalia, seperti sosis, ham, dan produk ayam yang dilapisi tepung roti.

Dia menunjuk pada penelitian terbaru dari Universitas Maastricht yang menunjukkan bahwa protein serangga sama bermanfaatnya dengan protein susu.

"Keduanya memiliki kinerja yang sama pada pencernaan, penyerapan dan kemampuan untuk merangsang produksi otot," kata Mr Hubert.

Serangga telah disajikan sebagai kuliner bintang lima di Thailand. Chef Gong dari Insects in the Back Yards tahu bahwa bukan perkara mudah bagi pelanggan yang hendak memasukkan garpu ke serangga di sajian mereka. (Channel News Asia)

Baca Juga: DARI EDITOR: Kiamat Serangga dalam Linimasa Perkembangan Kota

Namun Bridget Benelam, manajer komunikasi di British Nutrition Foundation, mengatakan penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Dia menggemakan kekhawatiran Prof May tentang potensi alergi, dengan mengatakan beberapa orang mungkin alergi makan serangga dengan cara yang sama seperti orang lain memiliki reaksi buruk terhadap kerang.

Dia menunjukkan bahwa beberapa pertanyaan yang belum terjawab tetap seputar keamanan mengkonsumsi beberapa jenis serangga, yang berpotensi mentransfer racun atau pestisida ke manusia. "Ini adalah beberapa hambatan yang perlu diatasi jika memakan serangga benar-benar menjadi arus utama."

Kembali ke Israel, Tamir mengakui bahwa ‘faktor jijik’ adalah salah satu tantangan paling penting dalam industrinya. "Tapi saya yakin itu akan segera diterima secara luas, sama seperti makan ikan mentah pada sushi."

Baca Juga: Entomofagi, Praktik Makan Serangga di Kehidupan Sehari-hari, Sehatkah?