'Demang Portegis' Hingga Kontroversi Arsitek Taman Sari, Yogyakarta

By Galih Pranata, Rabu, 29 September 2021 | 19:58 WIB
Pulo Kenanga dalam kompleks Tamansari, Keraton Yogyakarta, sebelum gempa bumi besar pada 1867. (Geschiedenis van Nederlands Indie)

Ia dalam bukunya berjudul Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV yang terbit pada 1990, menuliskan tentang adanya dua versi yang menyebut pembangunan Istana Air Taman Sari Yogyakarta atau Pasiraman Umbul Binangun.

Sumber pertama menyebut tentang adanya Demang Tegis atau Demang Portegis. "Nama Demang Tegis merujuk pada penggalan dari kata Portegis karena yang dimaksudkan adalah orang Eropa, berkebangsaan Portugis" tulisnya. 

Salah satu naskah Serat Rerenggan Kraton menyebutkan kisah Demang Tegis sebagai salah satu orang yang berperan dalam proses pembangunan Taman Sari. 

Marcel Bonneff mengisahkan sosok Demang Tegis yang bersumber dari narasi Raden Mas Adipati Arya atau Candranegara I. Kisah Bonneff ditulis dalam bahasa Prancis yang terbit pada 1986, berjudul Pérégrinations javanaises: les voyages de RMA Purwa Lelana : une vision de Java au XIXe siècle (c.1860–1875).

Baca Juga: Sang Sultan dan Tamansari dalam Catatan Perempuan Eropa Abad Ke-19

Kolam Umbul Winangun di Taman Sari, Keraton Yogyakarta sekitar 1920-an. (Wikimedia Commons/Tropenmuseum)

Potret Istana Air Taman Sari Yogyakarta. Pembangunan Taman Sari dimulai pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792), sultan pertama Yogyakarta. (Wikimedia Commons)

Dikisahkan bahwa di Mancingan (suatu daerah di pantai selatan Yogyakarta) terdapat orang aneh yang tidak diketahui asal-usulnya. "Masyarakat di daerah tersebut banyak yang menduga bahwa orang tersebut termasuk sebangsa jin atau penghuni hutan," tulisnya.

Masyarakat beranggapan demikian karena orang tersebut menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang setempat (berbahasa Portugis). Orang aneh tersebut kemudian dihadapkan kepada Sultan Hamengku Buwana II yang saat itu masih memerintah.

Rupanya Sultan Hamengku Buwana II berkenan mengambil orang tersebut sebagai abdi dalem (pelayan) Keraton. "Setelah beberapa lama, ia akhirnya dapat berbahasa Jawa. Berdasarkan keterangannya ia mengaku sebagai orang Portugis yang dalam dialek Jawa sering disebut Portegis," lanjut Candranegara I.

Baca Juga: Riwayat Sewa Tanah Keraton Yogyakarta Penyulut Perang Dipanagara