Manuskrip Berusia 500 Tahun Ungkap Kultus Keagamaan Abad Pertengahan

By Utomo Priyambodo, Jumat, 29 Oktober 2021 | 11:00 WIB
Manuskrip kuno berupa gulungan doa yang berusia 500 tahun. Isinya berupa lembaran-lembaran kulit sapi berisi teks dan gambar yang disatukan. (Gail Turner)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah mansukrip berusia 500 tahun telah menyingkap keberadaan kultus keagamaan pada abad pertengahan. Manuskrip ini adalah berupa gulungan doa dari era abad pertengahan yang memiliki panjang mencapai satu meter.

Gail Turner, seorang sejarawan sekaligus peneliti sejarah seni, telah menganalisis manuskrip atau gulungan doa yang penting ini. Menurutnya, mansukrip ini telah memberi wawasan baru tentang ziarah Kristen dan kultus Salib sebelum pembubaran biara-biara oleh Henry VIII.

Dalam laporan studi atas analisisnya terhadap gulungan doa ini, Turner mengatakan manuskrip ini telah mengungkap sisi kepercayaan Katolik di Inggris sebelum Reformasi pada abad keenam belas. Laporan hasil pemeriksaan Turner terhadap teks dan ilustrasi gulungan kuno ini, termasuk ayat-ayat agama dalam bahasa Latin dan Inggris di dalamnya, telah diterbitkan di Journal of British Archaeological Association pada 25 Oktober 2021.

"Secara khusus," Gail Turner menyatakan, "penelitian ini menunjukkan kebaktian Kristen di Inggris abad pertengahan."

"Ini memberikan wawasan tentang ritual kebaktian yang terhubung dengan salib besar (‘Rood’) di Biara Bromholm, di Norfolk," tutur Turner seperti dilansir EurekAlert.

'Rood of Bromholm', sebagaimana diketahui oleh para sejarawan, diduga berisi potongan salib tempat Yesus disalibkan. Relik tersebut mengubah Biara Bromholm menjadi situs ziarah populer yang disebutkan oleh Geoffrey Chaucer dan dalam The Vision of Piers Ploughman.

Baca Juga: Misteri Manuskrip Abad Pertengahan: Mengapa Kesatria Memerangi Siput?

Gulungan doa Bromholm, tinta, perak dan emas di atas perkamen. Salah satu penggalannya mengatakan: 'Seluruh Bumi akan menyembahmu.' (Koleksi Gail Turner)

Gambar Rood atau salib besar dalam warna hitam dan dengan garis emas, muncul beberapa kali dalam gulungan doa ini. Bahkan ada satu referensi langsung di dalam gulungan doa ini yang merujuk ke 'salib bromholme'.

Analisis Turner menunjukkan bahwa seorang peziarah yang makmur mungkin adalah pemilik gulungan doa Bromholm ini. Gulungan ini terbuat dari dua potong vellum yang dijahit menjadi satu, dan dibeli oleh seorang kolektor pribadi pada tahun 1970-an. Vellum adalah sebutan bagi lembaran untuk menulis yang terbuat dari kulit sapi muda.

"Gulungan itu mencerminkan saat ketika kaum awam (non-pendeta) memiliki keyakinan nyata pada musuh yang terlihat dan tidak terlihat," kata Turner, yang telah bekerja di Tate Britain, Dewan Seni Inggris, dan sebagai konsultan untuk rumah lelang Christie's dan kampus seni The Courtauld.

Baca Juga: Situs Arkeologi Desa Kuno Ini Menyingkap Keragaman Agama Kuno

‘Di mana layak bagi kita untuk memuliakan di dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus. Berdirilah di samping kami, Tuhan, Allah kami, dan dengan dukungan Salib Suci yang tak putus-putusnya, dukunglah kami yang Engkau bersukacita untuk melakukannya dengan hormat'. Gulungan doa Bromholm, tinta, perak dan emas di atas perkamen, koleksi pribadi. (Koleksi Gail Turner)

"Bagi pemiliknya, gulungan doa…dihargai sebagai inspirasi yang sangat pribadi untuk berdoa, meskipun selama Reformasi dan setelahnya gulungan doa semacam ini umumnya diremehkan dan diabaikan."

"Karena itu, kelangsungan hidup gulungan yang luar biasa selama lebih dari 500 tahun itu luar biasa."

Turner telah memperkirakan usia gulungan doa kuno ini melalui referensi atau isi yang ada di dalamnya. Berdasarkan identifikasinya terhadap sosok John Underwood, uskup Chalcedon, yang diyakini terkait dengan isi dalam gulungan doa ini, Turner menetapkan manuskrip ini berasal dari antara tahun 1505 dan 1535.

'Kami menyembah-Mu, ya Kristus, dan kami memberkati-Mu. Berdirilah di dekat kami ya Tuhan, Allah kami dan dengan salib-Mu yang kudus’. Gulungan doa Bromholm, tinta, perak dan emas di atas perkamen. (Koleksi Gail Turner)

John dari Chalcedon atau John Underwood adalah seorang pendukung setia gereja Katolik Roma. Ia kemudian menjadi uskup pembantu di Norfolk pada tahun 1505 dan kemudian kehilangan posisinya pada tahun 1535.

Hubungan lebih lanjut antara gulungan itu dengan Rood dan John Underwood dapat dilihat melalui gambaran lima luka yang diterima Kristus selama penyalibannya, menurut laporan studi tersebut. Gambar simbol lima luka itu ada di dalam gulungan doa tersebut.

Simbol yang mewakili lima luka itu juga digambarkan di makam Underwood di Norwich, meskipun tidak umum ditemukan di gereja-gereja Norfolk. Selain itu, lima luka itu menjadi pusat dari pesta renungan utama Biara Bromholm ketika para peziarah datang untuk memuliakan Rood.

Baca Juga: Prajurit Berpedang Abad Pertengahan Ditemukan di Dasar Danau Lituania

Gambar "TIga Paku' yang setiap ujungnya berwarna merah, seolah-olah dengan darah, dan dicat dengan latar belakang 'bukit' hijau, mungkin Golgota. Gulungan doa Bromholm, tinta, perak dan emas di atas perkamen. (Koleksi Gail Turner)

Menurut Turner, pemilik asli gulungan itu kemungkinan adalah 'pemuja yang taat' yang akrab dengan pesta Bromholm. Menurut gagasan Turner yang lebih spesifik, pemilik gulungan doa itu bisa jadi adalah seorang pelindung biara, anggota keluarga Paston setempat, atau teman John Underwood.

Hari ini, Biara Bromholm berdiri di reruntuhan di lapangan dekat desa Bacton di Norfolk, Inggris. Mengenai nasib Rood of Bromholm, penelitian Turner ini menunjukkan bahwa salib besar itu telah dibawa ke London. Jejak terakhir mengenai nasib salib besar itu ada dalam surat yang ditulis oleh Sir Richard Southwell, seorang punggawa dari Norfolk, kepada Thomas Cromwell pada tahun 1537.

Setelah itu, jejak salib besar itu tampak menjadi kabur, kata Turner. Ia menduga salib besar itu telah dihancurkan di London bersama banyak peninggalan lainnya, meskipun sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan keberadaan ataupun kehancuran benda sakral tersebut.