"Bahkan kantor konsulat (tempatnya bekerja), dipadati oleh puluhan pengungsi yang sudah sangat lelah karena menunggu siang malam di jalan, di tangga, dan akhirnya di kantor. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki apa-apa selain pakaian yang mereka kenakan," kisah Tigay.
Baca Juga: Carl Lutz, Diplomat yang Melawan Nazi dan Selamatkan Ribuan Yahudi
Secara diam-diam, Sousa Mendes meminta izin dari Lisbon agar mengeluarkan visa untuk para pengungsi di Prancis. Pada 13 Juni 1940, Kementerian Luar Negeri menjawab: "Recusados vistos" atau visa ditolak.
Sousa Mendes mengutuk atasannya. Di satu sisi, ia dihadapkan pada pilihan antara menyelamatkan dirinya sendiri dan menyelamatkan ribuan orang. Tentu, dia juga akan jadi korban dari setiap pengambilan keputusannya.
James Badcock dalam tulisannya juga mengulas tentang kisah heroik Sousa Mendes. Ia menuliskannya kepada BBC News, berjudul Portugal finally recognises consul who saved thousands from Holocaust, yang terbit pada 2020.
Akhirnya tiga hari berselang dia memutuskan untuk memilih menyelamatkan ribuan jiwa dari sergapan Nazi. "Saya akan mengeluarkan visa kepada siapa saja yang memintanya," kata Sousa Mendes dalam tulisan Badcock.
Ia melanjutkan, "bahkan jika saya diberhentikan, saya hanya bisa bertindak sebagai seorang Kristen, seperti yang dikatakan hati nurani saya, untuk membebaskan semuanya demi kemanusiaan".
Kemungkinan terburuk, jika kemudian Nazi bisa saja membunuhnya karena kedapatan meloloskan ribuan buronan. Namun, ia tetap bertekad kuat untuk menentang atasannya, mengeluarkan visa secara ilegal.
"Ia mulai menandatangani visa secara massal. Dia menandatangani visa untuk pengungsi yang memiliki paspor dan mereka yang tidak, ribuan dari mereka berbaris di mejanya, mengular keluar pintu, menuruni tangga, hingga ke jalan," tambahnya.
Chanan Tigay juga menambahkan bahwa Sousa Mendes rela terjaga semalaman demi waktu yang terus mendesak sebelum akhirnya Nazi menemukan mereka. "Ratusan anak-anak bersama orang tua mereka, melihat penderitaan dan kesedihan mereka, membuat Mendes tak mau berhenti mengeluarkan visa,” tulis Tigay.
"Saat hentakan tentara Nazi bergemuruh menuju Bordeaux, Sousa Mendes tetap terjaga selama berhari-hari. Ia tidak tidur," imbuhnya. Semua pengantre tidak mau makan dan minum karena takut kehilangan tempatnya dan gagal mendapat visa.
"Untuk mempercepat operasinya, Sousa Mendes meminta bantuan dari putranya Pedro Nuno, keponakannya Cesar, dan José de Seabra, sekretaris konsulernya," terangnya. Masing-masing menjalankan tugasnya.