Nationalgeographic.co.id—"Salah satu hari terbaik adalah saat kami menangkap 25 tentara Jerman jelang akhir peperangan. Rasanya menyenangkan karena kami tahu akan segera mendapatkan negara kami kembali," cerita Simone Segouin pada Express tentang masa lalunya.
Simone Segouin mempertaruhkan nyawa pada sebuah perang rahasia melawan penjajahan Nazi di Prancis. Wajahnya terkenal di seluruh dunia setelah potretnya memegang senapan sub-mesin MP-40 dengan celana pendek dan topi yang khas beredar ke mana-mana.
Ia membantu menghentikan kereta api dan meledakkan sebuah jembatan di Kota Chartres, Prancis ketika usianya 18 tahun pada 1944.
Simone memang tergabung pada kelompok tempur yang terdiri dari komunis militan dan nasionalis Prancis bernama Francs-Tireurs et Partisans (FTP). The Vintage News menyebutkan bahwa inspirasi besar Simone tak lain tak bukan ayahnya sendiri yang bertugas saat Perang Dunia I.
Simone memiliki nama perang bernama Nicole Minet sebagai identitas palsu untuk melindungi keluarganya jika suatu waktu ia ditangkap oleh Jerman. Nama ini mengidentifikasikan dia sebagai orang dari Pelabuhan Channel Dunkirk, tempat Jerman menjatuhkan bom pada awal peperangan di Prancis. Sehingga Jerman sulit memeriksa identitasnya.
Misi pertama perempuan kelahiran 3 Oktober 1925 itu ialah mencuri sepeda seorang administrator militer Nazi dan mengecat ulang sepeda itu untuk digunakan sebagai sepeda pengintai.
Kemudian dia dilatih untuk menggunakan senjata. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bergabung pada aksi bersenjata melawan konvoi dan kereta musuh, serangan ke detasemen musuh, dan tindakan sabotase lainya.
Saat di Chartres, Simone membunuh dua orang Nazi dan membantu menangkap 25 tawanan perang. Setelahnya, ia bergabung pada Divisi Lapis Baja ke-2 Prancis untuk membebaskan Paris dan bergabung dengan Charles de Gaulle.
Surat kabar Prancis bernama Independent Eure-et-Loir menggambarkanya sebagai "salah satu pejuang murni perlawanan Prancis yang siap memberikan kebebasan."
Simone mengatakan kepada Express. "Saya bukan satu-satunya wanita yang bergabung dengan tim perlawanan. Saya bangga dengan apa yang kami semua lakukan sebagai sebuah tim. Tapi saat yang paling membanggakan mungkin pergi ke Paris bersama Jenderal Charles de Gaulle. Rasanya luar biasa memasuki kota itu. Tapi kegembiraan saya terbatas karena sangat berbahaya."
Source | : | Express Co UK,vintage news |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR