Nationalgeographic.co.id—Pemerintah Portugal memberikan penghormatan resmi pada 19 Oktober 2021 silam, kepada Aristides de Sousa Mendes, seorang diplomat Portugal yang membantu menyelamatkan ribuan orang dari penganiayaan Nazi, selama Perang Dunia II.
"Tanpa memedulikan keselamatannya dan keluarganya, dia rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan ribuan orang di Bordeaux (Prancis) untuk melarikan diri dari serbuan Nazi," ungkap Chanan Tigay dalam tulisannya.
Ia menulis kepada Smithsonian Magazine. Tulisannya berjudul The Untold Story of the Portuguese Diplomat Who Saved Thousands From the Nazis. Artikel tersebut dipublikasi pada tahun 2021.
Ia menjelaskan kisah heroik Aristides atau juga yang populer dengan Sousa Mendes, setelah berhasil menyelamatkan ribuan nyawa dari serangkaian penangkapan dan pembantaian Nazi di Prancis.
"Para tentara Nazi yang berbadan tinggi dan tegap, mereka tak kenal ampun, dengan gemuruhnya, menciptakan kepanikan di Kota Bordeaux," tambahnya. Ribuan pengungsi Yahudi dari Spanyol ke Prancis, menjadi sasaran yang diburu oleh Nazi.
Baca Juga: Aksi Heroik Stanley Hollis, Prajurit yang Tak Bisa Dibunuh Nazi
Peristiwa Holocaust menjadi momentum paling mengerikan dalam sejarah dunia, di mana jutaan jiwa diburu dan dibunuh secara keji oleh para tentara Nazi. "Sousa Mendes mengenang banyaknya orang Yahudi yang terbunuh di Portugal, menggerakan hatinya," tambahnya.
Aristides de Sousa Mendes, merupakan diplomat Portugal yang bertugas di Prancis. Saat itu dia mengetahui akan kedatangan para pengungsi Yahudi dari Spanyol. Sekitar tahun 1940, saat meletusnya Perang Dunia II, Prancis di ekspansi oleh para tentara Nazi.
Melalui kekuatannya sebagai diplomat, dia berupaya untuk menyelamatkan beberapa orang untuk mengungsi, melarikan diri ke luar negeri melalui visa yang dikeluarkannya. "Tujuh bulan sebelumnya, diktator keras Portugal, António de Oliveira Salazar, diam-diam mengeluarkan surat yang dikenal sebagai Edaran 14," imbuh Tigay.
"Edaran itu berisikan amanat yang secara tegas melarang diplomatnya (termasuk Sousa Mendes) menawarkan visa kepada sebagian besar pengungsi—terutama orang Yahudi, etnis Rusia, dan siapa pun," lanjutnya.
Sebelum melancarkan aksinya untuk dapat melarikan para orang-orang yang diburu Nazi, Sousa Mendes mengundang pengungsi tua, sakit, dan hamil untuk berlindung di apartemennya.
"Mereka dipersilakan untuk tidur di kursi, selimut, dan permadani yang menutupi lantai. Para pengungsi itu berlindung di tempat tinggalnya," terang Tigay. Tak habis upayanya dalam melindungi para buronan.
"Bahkan kantor konsulat (tempatnya bekerja), dipadati oleh puluhan pengungsi yang sudah sangat lelah karena menunggu siang malam di jalan, di tangga, dan akhirnya di kantor. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki apa-apa selain pakaian yang mereka kenakan," kisah Tigay.
Baca Juga: Carl Lutz, Diplomat yang Melawan Nazi dan Selamatkan Ribuan Yahudi
Secara diam-diam, Sousa Mendes meminta izin dari Lisbon agar mengeluarkan visa untuk para pengungsi di Prancis. Pada 13 Juni 1940, Kementerian Luar Negeri menjawab: "Recusados vistos" atau visa ditolak.
Sousa Mendes mengutuk atasannya. Di satu sisi, ia dihadapkan pada pilihan antara menyelamatkan dirinya sendiri dan menyelamatkan ribuan orang. Tentu, dia juga akan jadi korban dari setiap pengambilan keputusannya.
James Badcock dalam tulisannya juga mengulas tentang kisah heroik Sousa Mendes. Ia menuliskannya kepada BBC News, berjudul Portugal finally recognises consul who saved thousands from Holocaust, yang terbit pada 2020.
Akhirnya tiga hari berselang dia memutuskan untuk memilih menyelamatkan ribuan jiwa dari sergapan Nazi. "Saya akan mengeluarkan visa kepada siapa saja yang memintanya," kata Sousa Mendes dalam tulisan Badcock.
Ia melanjutkan, "bahkan jika saya diberhentikan, saya hanya bisa bertindak sebagai seorang Kristen, seperti yang dikatakan hati nurani saya, untuk membebaskan semuanya demi kemanusiaan".
Kemungkinan terburuk, jika kemudian Nazi bisa saja membunuhnya karena kedapatan meloloskan ribuan buronan. Namun, ia tetap bertekad kuat untuk menentang atasannya, mengeluarkan visa secara ilegal.
"Ia mulai menandatangani visa secara massal. Dia menandatangani visa untuk pengungsi yang memiliki paspor dan mereka yang tidak, ribuan dari mereka berbaris di mejanya, mengular keluar pintu, menuruni tangga, hingga ke jalan," tambahnya.
Chanan Tigay juga menambahkan bahwa Sousa Mendes rela terjaga semalaman demi waktu yang terus mendesak sebelum akhirnya Nazi menemukan mereka. "Ratusan anak-anak bersama orang tua mereka, melihat penderitaan dan kesedihan mereka, membuat Mendes tak mau berhenti mengeluarkan visa,” tulis Tigay.
"Saat hentakan tentara Nazi bergemuruh menuju Bordeaux, Sousa Mendes tetap terjaga selama berhari-hari. Ia tidak tidur," imbuhnya. Semua pengantre tidak mau makan dan minum karena takut kehilangan tempatnya dan gagal mendapat visa.
"Untuk mempercepat operasinya, Sousa Mendes meminta bantuan dari putranya Pedro Nuno, keponakannya Cesar, dan José de Seabra, sekretaris konsulernya," terangnya. Masing-masing menjalankan tugasnya.
"Satu orang akan mencap paspor, Sousa Mendes akan menandatanganinya, dan Seabra akan mengeluarkan nomor visa sebelum semuanya dicatat dalam buku besar," tambahnya. Semua bekerja secara cepat, takut-takut jika Nazi segera mengetahui keberadaan mereka.
Baca Juga: Kisah Gadis Cilik dan Baju Hangat yang Menyelamatkannya dari Holocaust
Ia akhirnya berhasil meloloskan para buronan Nazi untuk melarikan diri dari Prancis. Upayanya terbayar lunas, ribuan jiwa terbang keluar. Ya, semuanya ia ungsikan untuk dapat masuk ke Portugal.
"Keesokan harinya, kabar sampai ke Salazar tentang adanya penyimpangan yang berasal dari konsulatnya di Bordeaux. Malam itu Jerman mengebom kota itu, Hitler terus maju mencari para Yahudi yang bersembunyi," jelas Tigay dalam kisahnya.
Belum berhenti sampai disitu, ia kembali mendapat telepon dari Konsulat Portugal yang memintanya berangkat ke Kota Bayonne. "Ia pergi lebih dari 100 mil ke Bayonne, tidak jauh dari perbatasan Spanyol," tambahnya.
Secara mengejutkan, lebih banyak dari pengungsi di Bordeaux, ada sekitar 5.000 pengantre di jalan, siang dan malam, tanpa bergerak, menunggu gilirannya mendapat visa. "Total, sekitar 20.000 orang menunggu untuk mendapat gilirannya," lanjutnya.
Ia langsung membantu menandatangani seluruh visa untuk mengesahkannya. "Dalam upayanya, ia dilarang keras (oleh Salazar) memberikan visa kepada siapapun untuk masuk ke Portugal," tambahnya. Ia tak menggubris pesan dari atasannya itu,
Baca Juga: Holocaust dan Perjalanan Kebencian yang Ditularkan oleh Nazi Jerman
Menariknya, selepas selesai mengurus semua visa di Bayonne. Dalam perjalanannya, ia menemukan para pengungsi di perbatasan Spanyol yang berusaha keluar. "Sousa Mendes turun tangan, bernegosiasi dengan para penjaga gerbang perbatasan selama lebih dari satu jam," ungkap Tigay.
Ketika akhirnya disetujui, dia sendiri yang membuka gerbang dan melambaikan tangan kepada Kruger (pengungsi) dan rekan-rekan buangannya untuk dapat melintasi perbatasan dan masuk ke Spanyol.
Jasanya tak dikenang, ia kemudian dikucilkan oleh rezim Salazar karena berulang kali menentang dan menyimpang aturan. Beberapa sumber menyebut bahwa ia dicopot dari jabatannya sebagai diplomat.
Berbagai masalah terus menimpa kepada Sousa Mendes. Namun, tetap saja, dia telah menegakkan kemanusiaan dan dikenang sebagai penyelamat bagi ribuan jiwa dari peristiwa Holocaust.