Ozon Menyebabkan Kulit Kita Memancarkan Partikel Kecil di Udara

By Wawan Setiawan, Sabtu, 11 Desember 2021 | 07:00 WIB
Kegiatan seperti menyalakan lilin dapat menghasilkan partikel kecil di udara. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah tim peneliti internasional termasuk ilmuwan École Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) telah menemukan bahwa setiap kali kita menemukan ozon, ia bereaksi dengan lipid di kulit kita untuk membuat partikel nano.

Efek merusak dari polusi udara terutama disebabkan oleh partikel kecil di udara yang dihasilkan dari lalu lintas dan pembangkit listrik tenaga batu bara, atau melalui reaksi kimia dengan senyawa di atmosfer. Di lingkungan dalam ruangan, partikel terkecil (disebut aerosol nanocluster), dapat dihasilkan dari kegiatan memasak, membakar lilin, pencetakan 3D, dan—seperti yang ditemukan oleh tim peneliti tersebut—manusia yang terpapar ozon.

Dalam sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology pada 21 Oktober 2021 berjudul Ozone Initiates Human-Derived Emission of Nanocluster Aerosols, tim peneliti internasional, telah menemukan bahwa tubuh kita juga dapat menjadi sumber emisi aerosol nanocluster di tempat-tempat di mana udara dalam ruangan mengandung ozon. Setiap kali kita menemukan ozon, ia bereaksi dengan lipid di kulit kita untuk membuat partikel nano.

Ozon memainkan peran berharga di stratosfer dengan melindungi kita dari sinar UV. Namun di lapisan atmosfer yang paling bawah, itu justru bisa menjadi racun bagi organisme hidup pada konsentrasi yang cukup tinggi. Sebelumnya, diketahui bahwa tubuh manusia mengeluarkan partikel melalui kulit, pakaian, dan aktivitas pernapasan. Partikel-partikel ini biasanya berdiameter satu mikrometer atau lebih besar.

Baca Juga: Hentikan Kebiasaan Membakar Sampah Plastik! Ketahui Dampaknya

Grafik abstrak yang menjelaskan bagaimana ozon menyebabkan kulit memancarkan partikel kecil di udara. (Dusan Licina)

Dalam studi ini, para ilmuwan menemukan mekanisme produksi partikel yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka menemukan bahwa partikel jauh lebih kecil dalam kisaran ukuran—pada urutan beberapa nanometer.

Ozon dapat menjadi racun pada konsentrasi tinggi. Ketika bersentuhan dengan polutan tertentu, itu memicu pembentukan aerosol nanocluster.

Para ilmuwan telah mempelajari proses ini di lingkungan luar. Dalam studi ini, para ilmuwan, untuk pertama kalinya, mempelajari proses ini di dalam ruangan.

Dusan Licina, seorang profesor di EPFL's Human-Oriented Built Environment Lab (HOBEL) di School of Architecture, Civil and Environmental Engineering (ENAC), mengatakan, “Upaya yang cukup besar telah dilakukan untuk mengurangi polusi udara dalam ruangan, seperti dengan mengganti kompor gas dengan rentang induksi atau dengan mengurangi pengangkutan polutan luar ruangan di dalam ruangan. Itulah yang membuat kami mengidentifikasi sumber baru emisi partikel nano yaitu manusia.”

Dalam uji coba tersebut,  para ilmuwan menjalankan eksperimennya di ruangan dengan pengatur iklim seluas 22,5 m3 yang ditempati oleh sukarelawan manusia. Ruangan itu terbuat dari stainless steel. Ini dikembangkan sehingga para ilmuwan dapat bermain dengan variabel tertentu—seperti suhu, kelembaban, dan tingkat ozon—dan mengukur bagaimana mereka memengaruhi emisi aerosol nanocluster yang diturunkan manusia dan konsentrasi senyawa lainnya.

Baca Juga: Bahaya Polusi Udara, Partikel Kecilnya Dapat Menyebabkan Kanker Otak

Lalu lintas ditemukan sebagai sumber utama aerosol nanocluster atmosfer. (CC0 Public Domain)

Dalam studi ini, para ilmuwan juga mempelajari pentingnya usia penghuni dan jenis pakaian yang dikenakan. Pada konsentrasi ozon yang konstan, tingkat emisi aerosol nanocluster lebih tinggi dengan luas permukaan kulit yang terbuka lebih besar. Mereka juga menemukan bahwa remaja lebih mungkin untuk memancarkan aerosol nanocluster daripada manula dan dewasa muda.

“Kontribusi utama penelitian kami adalah menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa emisi aerosol nanocluster berasal langsung dari sekresi lipid kulit di area dalam ruangan di mana ozon berada. Meskipun dampak kesehatan spesifik dari partikel-partikel ini tidak diketahui, partikel-partikel ini dapat tumbuh menjadi partikel yang lebih besar yang terkait dengan masalah kesehatan karena penetrasinya yang dalam ke paru-paru manusia dan bahkan transportasi saraf ke otak,” tutur Linia, seperti dilansir Tech Explorist.

“Itu cukup signifikan untuk menjamin studi lebih lanjut tentang bagaimana konsentrasi ozon memengaruhi emisi ini. Menarik juga untuk melihat apakah menyentuh sidik jari benda yang kita tinggalkan berkontribusi pada emisi ini. Atau jika rutinitas perawatan pribadi, atau bahkan produk perawatan pribadi juga ikut berperan. Sementara itu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengurangi tingkat ozon di gedung-gedung kita,” pungkasnya.