Mengintip Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan

By , Rabu, 27 Januari 2016 | 20:00 WIB

Ia menjelaskan, susunan pelepah sawit semacam itu bukan tanpa alasan. Selain sebagai pupuk organik,  tumpukan pelepah membuat kelembaban tanah menjadi tinggi. Ada pupuk-pupuk tertentu yang pengaplikasiannya dilakukan di bawah tumpukan tersebut.

“Tujuannya, agar pupuk tak hanyut begitu saja jika hujan turun. Pupuk akan turun dan meresap ke dalam tanah secara perlahan,” imbuhnya.

Kolam aeroflow. Limbah POME harus melalui proses oksigenisasi di kolam aeroflow untuk mengurangi tingkat Biochemical Oxygen Demand (BOD) hingga di bawah 100 ppm agar ramah lingkungan. (Lutfi Fauziah/National Geographic Indonesia)

Selain pemupukan, untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya ialah pemilihan bibit unggul dan penggunaan pestisida. Bibit yang unggul akan menghasilkan kelapa sawit lebih banyak saat panen. Dengan pemilihan bibit unggul, perkebunan akan menjadi lebih efisien.

Baca juga: Penghentian Moratorium Sama dengan Membuka Konflik Baru

Penggunaan pestisida juga mendapat perhatian khusus dari pengelola perkebunan. Saat ini, Musim Mas telah menerapkan Integrated Pest Management (IPM). Secara rutin, pengelola perkebunan melakukan sensus hama. Pengendalian hama dilakukan dengan memanfaatkan predator alami maupun biopestisida. Metode-metode ini sangat efektif karena hanya mengenai hama yang spesifik.

“Kami hanya kontrol populasi spesies yang dianggap hama, bukan memusnahkan. Hama dijaga populasinya biar tak sampai timbulkan kerugian,” tegas Manager of Crop Protection Musim Mas, Cheong Yew Loung dalam logat melayunya yang kental.

Sampai saat ini, Musim Mas memang belum sepenuhnya menggunakan pestisida alami. Pestisida kimia digunakan ketika lima persen pokok sawit dari seluruh perkebunan terserang hama. Akan tetapi, metode-metode alami tersebut mampu mengurangi penggunaan pestisida kimia.!break!

Memanfaatkan Limbah

Di perkebunan milik Musim Mas yang berlokasi di Pangkalan Lesung, Pelalawan, Riau, pupuk yang digunakan sebagian besar adalah pupuk organik. Selain pelepah kering, ternyata pengelola perkebunan juga memanfaatkan limbah cair dan padat yang berasal dari produksi kelapa sawit. Hal tersebut terungkap ketika saya dan peserta media trip lain mendapat kesempatan untuk mengunjungi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik Musim Mas.

Baca juga: Pembukaan Lahan Kelapa Sawit, Orangutan Terancam

Ketika baru saja tiba di pabrik, kami disambut oleh setandan buah sawit segar, setandan sawit yang telah melaui proses perebusan dan sederet toples dengan berbagai macam nama di labelnya. Setelah diperhatikan dengan teliti, ternyata ada garis-garis panah berwarna kuning di meja yang menunjukkan proses pengolahan kelapa sawit, termasuk pengolahan limbahnya.

Mill Manager Musim Mas di Batang Kulim, Sudi, menjelaskan bahwa pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair atau lebih dikenal dengan Palm Oil Mill Effluent (POME). Di Musim Mas, POME diproses dengan menguraikan bakteri anaerobik di kolam yang besar dan dalam. Limbah ini kemudian melalui proses oksigenisasi di kolam aeroflow untuk mengurangi tingkat Biochemical Oxygen Demand (BOD) hingga di bawah 100 ppm agar ramah lingkungan. Setelah itu, aeroflow diaplikasikan ke kebun kelapa sawit sebagai pupuk cair melalui saluran irigasi.