Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 18 Mei 2017 | 15:00 WIB
Batu nisan obelisk Ary Prins bertabur ragam lambang heraldik. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)
 
 
Nisan Ary Prins dipesan di perusahaan bergengsi pembuat monumen (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)
 
 

Hari ini, nama Devillers & Co. memang nyaris tidak dikenal lagi di Belanda. Perusahaan ini memang pernah dikenal sebagai salah satu perusahaan bergengsi yang mengerjakan berbagai pesanan dari monumen sampai batu nisan. Salah satu tengara kota yang pernah dibangun Devillers & Co. adalah monumen kebanggaan nasional di Scheveningen, Belanda. Warga menjulukinya “De Gedenknaald in Scheveningen”. Monumen yang juga berbentuk obelisk itu mengenang kepergian Pangeran William V ke pengasingannya pada 1795 dan sekaligus mengenang kedatangan Frederick William I di Scheveningen pada November 1813. Kerajaan meresmikannya pada 1865—dua tahun jelang wafatnya Prins.

Olivier Johannes Raap, seorang pemerhati sejarah Indonesia yang tinggal di Delft, melayangkan surelnya kepada saya. "P.J. Devillers & Co adalah perusahaan pemahat batu. Bengkelnya beralamat di jalan yang sekarang menjadi Oranjebuitensingel, dekat Centraal Station di Den Haag," ungkapnya.Perusahaan itu muncul sekitar awal 1860-an, demikian imbuh Olivier. Catatan tentang Devillers lainnya, dia pernah membeli tambang batu marmer di Saint Hubert, Belgia. "Devillers adalah nama Prancis. Ia kemungkinan berasal dari Belgia atau Prancis."

Ary Prins (1816-1867) (Raden Saleh Bustaman)

 
 
Saya bertanya kepada Lilie, tentang makam Ary Prins yang begitu mewah pada zamannya. Apakah dia seorang ningrat?

Ayah mertua Prins itu juga pernah menjabat sebagai Residen Manado, yang mengawasi pemindahan Pangeran Dipanagara dari Fort Amsterdam di Manado ke Fort Rotterdam di Makassar.

Tampaknya, Prins memang dilahirkan dari latar belakang keluarga berada. Bukan perkara garib lagi apabila dia bisa meraih pendidikan ilmu hukum di Universiteit Leiden pada 14 Mei 1838. Judul desertasi pemuda 21 tahun itu adalah Sponsalibus, secundum jus antiquum Hollandicum, yang menyelisik perkara perjodohan dalam budaya Belanda kuno.