Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 18 Mei 2017 | 15:00 WIB
Batu nisan obelisk Ary Prins bertabur ragam lambang heraldik. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Kira-kira hampir setahun setelah lulus kuliah, Prins tiba di Hindia Belanda pada 6 Maret 1839. Sejak kakinya berjejak di Tanah Jawa, riwayat kariernya begitu dinamis. Selepas dua minggu, dia diangkat sebagai notulis tersumpah di Raad van Justitie (kini Pengadilan Tinggi) di Surabaya. Empat bulan berikutnya, dia sudah nangkring sebagai panitera dan bendahara di Rechtbank van Omgang (Pengadilan Negeri) di Semarang.

Di Surabaya, Prins menikahi Marie Anne Pietermaat pada 29 April 1840. Marie adalah putri dari pasangan Daniël François Willem Pietermaat dan Johanna Magdalena Ringeling. Saat itu Daniël menjabat sebagai Residen Surabaya. Ayah mertua Prins itu juga pernah menjabat sebagai Residen Manado, yang mengawasi pemindahan Pangeran Dipanagara dari Fort Amsterdam di Manado ke Fort Rotterdam di Makassar. Kelak, Marie Anne Pietermaat meninggal lebih dahulu di Semarang pada 17 Juli 1864.

Disertasi Ary Prins di bidang ilmu hukum perkawinan Belanda kuno, (Universiteit Leiden)

Prins membuat peraturan pertama untuk jawatan kereta api di Hindia Belanda, namun dia tak menyaksikan pertama kalinya roda-roda kereta api menggelinding di Jawa pada 10 Agustus 1867.

Letnan Kolonel Augustus Johannes Andresen, kelak menjabat sebagai Komandan KNIL pada periode 1865-1869, berhasil memberangus pemberontakan Cina. Sekali lagi, Prins dikirim ke pantai barat Kalimantan. Dia mengatur pemerintahan dan mengadakan kontrak-kontrak baru dengan raja di sepanjang Sungai Kapuas. Ketika dia tiba pada Juli 1854, pemberontakan kembali pecah di Monterado, kini Kabupaten Bengkayang. Pada masa itu, Monterado memang pusat pertambangan emas di pantai barat Kalimantan. Prins hanya perlu sekali lagi kembali ke kawasan ini pada tahun berikutnya untuk memastikan pemberontakan telah sepenuhnya padam. Kelak, dia diangkat menjadi anggota Raad van Indie atau Dewan Hindia Belanda pada April 1856.  

Tampaknya, pada usia awal 40-an, Prins mulai sakit-sakitan. Pada 1858 dia menggunakan cuti sebagai anggota Raad van Indie selama setengah tahun untuk berobat sekaligus pulang kampung ke Belanda. 

Selepas cuti berobat, Prins mulai menjabat sebagai wakil presiden sementara Raad van Indie sejak Maret hingga Agustus 1859. Baru pada Januari tahun berikutnya, dia resmi diangkat secara tetap untuk jabatan tadi.

Hooggerechtshof (paling kiri) di Waterlooplein, Batavia. Prins pernah berkerja di sini. (Tropenmuseum)