Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor

By Mahandis Yoanata Thamrin, Kamis, 18 Mei 2017 | 15:00 WIB
Batu nisan obelisk Ary Prins bertabur ragam lambang heraldik. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Batu nisannya lebih megah ketimbang batu nisan lainnya di permakaman itu. Bahkan, jauh lebih megah ketimbang batu nisan milik Gubernus Jenderal Dominique Jacques de Eerens.

Di tubuh obelisk, Lilie menunjuk ukiran kupu-kupu yang hadir di setiap sisi. Satwa itu dibuat dengan tingkat kerumitan tinggi, yang dibingkai krans atau karangan bunga berlilitkan pita menjuntai. “Jadi perjalanan hidupnya diikat dengan pita,” ujar Lilie kepada saya. “Begitu dia meninggal, dilambangkan dengan krans.”

Kemudian Lilie menambahkan tentang makna krans yang dililit pita. Itu bisa berarti bahwa kendati sudah wafat, Prins masih diikat hubungan batin dengan keluarga yang ditinggalkannya. “Itulah mengapa biasanya kita mengikat kado dengan pita,” kata Lilie. “Karena pita melambangkan persahabatan yang abadi.”

Ouroboros, siklus kehidupan yang tak pernah berakhir, simbol keabadian. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Lilie menjelaskan lambang-lambang heraldik yang menghiasi sisi demi sisi obelisk Ary Prins. Ia menunjuk simbol ouroboros, ular yang menggigit ekornya sendiri. Awalnya digunakan pada masa Mesir kuno dan kemudian menyebar ke Eropa lewat Yunani. Lambang ini merujuk pada siklus pinciptaan dan kehancuran alam semesta, siklus kehidupan yang tak pernah berakhir. "Maknanya, keabadian," ujarnya.

Simbol lainnya adalah lampu, yang kerap dikaitkan dengan penerangan atau ayat-ayat dalam Alkitab. "Maknanya," ujar Lilie, "Prins dikenang sebagai sosok yang memiliki cahaya kehidupan dan spiritualitas."

"Bintang segi enam," ujarnya sembari mendongak, " merujuk pada penunjuk arah di waktu malam." Makna lainnya, gabungan dua unsur yang berbeda—seperti keras dan lembut—yang bermakna "keseimbangan atau harmoni." 

Kami mundur beberapa jengkal dari nisan tersebut, sehingga memungkinkan untuk melihat bagian puncaknya: vas dengan kain menjuntai dan krans. "Pertama, vas dengan kain menjuntai merujuk pada tempat roh dan simbol kematian. Maknanya, kehidupan setelah wafat." Kemudian ia melanjutkan, "Kedua, krans simbol persembahan untuk orang yang dicintai. Maknanya, ikatan jiwa abadi." 

Simbol lampu kerap dikaitkan dengan penerangan, merujuk pada ayat-ayat Alkitab. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Batu nisan Ary Pris memang lebih megah ketimbang batu nisan lainnya di permakaman itu. Bahkan, jauh lebih megah ketimbang batu nisan milik Gubernus Jenderal Dominique Jacques de Eerens (1781-1840) yang berada di sebelahnya.

Lambang-lambang di nisan Prins sebenarnya merupakan bentuk sebuah iklan keluarga, sebuah status sosial. “Bentuknya besar dan tinggi, menunjukkan sesuatu yang luar biasa,” kata Lilie. “Sebenarnya, menurut saya ini berlebih-lebihan.”

“Di sini ada persoalan semiotika,” ujarnya. “Batu nisannya secara simbolik ingin menunjukkan kepada khalayak: ‘akulah yang paling kuat, paling besar, dan paling berkuasa,’ kendati pemerintah tidak mengakui.”

“Batu nisan itu sangat ekspresif,” kata Lilie. “Nisan bisa menunjukkan kisah hidupnya. Keinginan keluarganya setelah meninggal pun terceritakan.”

Kisah penyelisikan sejarah nisan Ary Prins ini diungkap untuk memperingati 200 tahun Kebun Raya Bogor pada 2017. Versi pendeknya terbit di majalah National Geographic Indonesia edisi Juni 2017.