Mu'umu'u: Pakaian Kuno Hawaii yang Terus Dilestarikan Bangsanya

By Galih Pranata, Minggu, 6 Februari 2022 | 09:00 WIB
Dua wanita berpakaian Holuku yang tradisional di Hawaii pasca 1820. (Hawaii State Archives)

Nationalgeographic.co.id—Hawaii merupakan negara yang unik, di mana nama sangat penting. Seperti halnya mereka menceritakan moʻolelo atau Ma'umu'u, sebuah cerita, juga merupakan sebuah toponimi jalan raya yang ada di Hawaii.

"Tahun ini, kami memberi penghormatan kepada bulan Januari (2022) yang dikenal sebagai Bulan Muʻumuʻu," tulis Kamaka Pili kepada Khon 2.

Pili menulisnya dalam artikel yang berjudul "Aloha Authentic: History of the Mu’umu’u", yang dipublikasikan pada 12 Januari 2022.

Di Honouliuli, yang terletak di Oʻahu, Hawaii, berdiri sebuah jalan pendek yang dinamai sesuai dengan sepotong pakaian kuno yang sederhana. Tempat yang dimaksud adalah jalan bernama Muʻumuʻu.

Sejarahnya, orang Hawaii selalu membuat dan menghias kain dari kulit kayu. Meskipun iklim di Hawaii tak begitu panas atau dingin, mereka membutuhkan pakaian untuk melindungi diri dari hujan, angin, dan suhu dingin.

Pada zaman Hawaii kuno, pakaian yang dikenakan sangat sederhana. Sementara pria mengenakan malo atau kain pinggang, wanita sering mengenakan sepotong kain kulit kayu di sekitar pinggul mereka yang disebut sebagai pāʻū.

Baca Juga: Shigenori Nishikaichi, Pilot Jepang di Pearl Habor yang Salah Mendarat

Olahraga air yang dinikmati bangsanya umumnya dilakukan dengan tanpa beban pakaian. Prajurit yang ahli dalam jenis pertempuran tertentu pergi ke pertempuran hanya dengan memakai lapisan minyak kelapa.

"Bahan utama yang digunakan di Kepulauan Pasifik untuk membuat pakaian adalah serat dari kulit bagian dalam tanaman tertentu," terusnya.

Produk yang terbuat dari serat ini disebut 'bark cloth' dalam bahasa Inggris, meskipun kata tapa Polinesia yang dikenal luas muncul dalam kamus bahasa Inggris yang lebih besar.

Hanya saja. semua itu berubah, ketika para misionaris tiba pada tahun 1820 untuk menyebarkan misi suci di Hawaii. Para wanita di sana mulai mengenakan gaun lengkap bergaya New England. 

Saat mereka beradaptasi dengan cuaca hangat, begitu pula pakaian mereka, menghasilkan pakaian dasar yang disebut sebagai 'Mother Hubbard.'

Penduduk wanita lokal Hawaii mengenakan Holuku sebagai kebanggaan. (Mission Houses Museum Archives/Wikimedia Commons)

Orang-orang Kristen asli Hawaii awal mengadopsi gaun rok panjang untuk diri mereka sendiri yang kemudian dikenal dengan sebutan holokū. Untuk lebih praktis, potongan holokū dihilangkan untuk menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai muʻumuʻu, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai 'dipotong atau dipersingkat'.

"Dari generasi ke generasi, muʻumuʻu menjadi favorit bagi wanita Hawaii dan mancanegara, gaya yang terus berkembang mengikuti perkembangan waktu," imbuh Pili.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Rantai Genetika Manusia di Kepulauan Pasifik

Motifnya yang menggambarkan perjalanan panjang sejarah kebudayaan di Hawaii, menempatkan muʻumuʻu sebagai benda pusaka yang harus dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya, bangsa Hawaii itu sendiri.

Sebagai upaya untuk melestarikan dan merayakan warisan muʻumuʻu yang berkembang sejak zaman kuno, pada Januari 2015 ditetapkan sebagai Bulan Muʻumuʻu pertama, hasil dari kampanye media sosial.

Karena mu'umu'u-vement (gerakan pelestarian muumuʻu) telah berkembang sejak saat itu, pada bulan Januari 2022 sekali lagi dicanangkan sebagai Bulan Muʻumuʻu, dan setiap bulan Januari akan terus dikenang sebagai bulan muumuʻu.