Nationalgeographic.co.id—Pada bulan November 1720, sepasang wanita bernama Anne Bonny dan Mary Read berdiri di Spanish Town, Jamaika, dengan tuduhan pembajakan di Karibia.
Korban mereka yang masih hidup, Dorothy Thomas dan Thomas Spenlow, menceritakan serangan mengerikan, di mana para dua pembajak wanita itu menembakkan pistol mereka sesuka hati dan memukul orang dengan pedang berukuran pendek.
"Tak berhenti di situ, dua wanita bajak laut itu bersumpah, mengutuk, dan bahkan berkelahi dengan baju terbuka, memperlihatkan payudara mereka," tulis Rebecca Simon kepada The History Extra.
Rebecca menuliskannya dalam artikel berjudul Anne Bonny and Mary Read: the deadly female pirate duo, yang dipublikasikan pada 19 Januari 2022.
Menariknya, terdapat fakta yang mengejutkan, bahwa kedua wanita itu dikatakan bertarung lebih keras dan lebih mematikan daripada rekan kru bajak laut pria.
Sebagian besar keberadaan awal mereka masih menjadi sebuah misteri, dengan hampir tidak adanya informasi tentang kehidupan sebelum mereka memasuki dunia pembajakan laut pada Agustus 1720.
Charles Johnson menulis dalam bukunya tentang kumpulan biografi para bajak laut terkenal di abad ke-18, memberikan kehidupan awal mereka cerita asal paralel.
"Mereka berdua merupakan anak haram yang dibesarkan sebagai anak laki-laki, untuk menghindari skandal sosial sebagai anak perempuan haram," terang Johnson dalam tulisan Rebecca.
Anne yang merupakan skandal dalam sosialnya, kemudian menghindari peran sosial wanita di abad ke-18 dengan melarikan diri bersama seorang pelaut, James Bonny, untuk menjadi seorang bajak laut.
Baca Juga: Apa yang Dikatakan Arkeologi Soal Bajak Laut dan Temuan di Kedalaman
Setelah beberapa tahun di laut, mereka mendarat di Nassau di pulau New Providence di Bahama, dan Anne memutuskan berpisah dengan James Bonny.
Mary juga rupanya memiliki cerita serupa, bahwa dia bergabung dengan Angkatan Darat Inggris di Flanders dengan menyamar sebagai seorang pemuda laki-laki.
Source | : | The History Extra |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR