Nationalgeographic.co.id—Banyak makanan lezat yang berisiko memberikan masalah kesehatan kepada kita, sehingga sebagian orang memilih untuk diet.
Ternyata, diet itu tidak seberapa dibandingkan astronot di luar angkasa yang justru dilarang sama sekali dikonsumsi selama misi. Hal itu bertujuan agar mereka tidak keracunan makanan, walau belum pernah sebelumnya ada laporan seperti itu.
"Di NASA, kami sebenarnya punya standar mikrobiologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan perusahaan di industri makanan umum," ujar Xulei Wu, ahli makanan NASA dan manajer sistem makanan untuk Stasiun Luar Angkasa (ISS), dilansir dari Popular Science.
Ketatnya NASA perihal makanan juga termasuk pada keamanan dan penyimpanannya untuk perjalanan antariksa. Semua itu ditujukan agar mencegah penyakit potensial yang diakibatkan dari semua produk makanan yang dikirim ke ISS, sehingga harus melewati pengujian yang ketat.
Makanan yang gagal dalam pengujian, produknya harus dibuang dari proses cadangan makanan astronot. Sementara yang lulus, harus dipastikan aman untuk dikonsumsi dan mampu memberikan banyak nutrisi dalam satu porsinya.
Baca Juga: Ancaman Rusia atas Sanksi AS, Bagaimana Nasib Stasiun Luar Angkasa?
Baca Juga: Akan Purnatugas, NASA Berencana Jatuhkan ISS di Point Nemo Tahun 2031
Baca Juga: Mengapa Batas Umur Astronaut Wanita dan Pria Berbeda? Ini Alasannya!
Seluruh kru boleh membuat whislist kuliner dan meminta makanan atau minuman tertentu yang diingkan selma misi. Wu menjelaskan, proses uji coba dan perjalanan lewat roket, mungkin membuat beberapa santaapan ini tidak bisa tiba ke stasiun tepat waktu, dan bisa jadi tidak dikirim sama sekali.
"Kami tidak punya kendaraan kargo untuk pergi ke sana setiap pekan untuk mengirim apa yang mereka inginkan," tukasnya. "Oleh karena itu, kami harus kemas makanan mereka terlebih dahulu dan membuat semua makanan di kendaraan kargo bahkan sebelum awak kapal diluncurkan." Kelak jika perjalanan antariksa begitu memungkinkan dan bisa dilakukan untuk jarak yang jauh, Wu mengatakan, NASA ingin meningkatkan teknologi pemrosesan dan pengemasan yang lebih baik untuk agar makanan bisa bertahan.
Lantas, apa saja makanan yang tidak bisa dibawa astronot ke ISS?
Roti
Tidak hanya roti, semua makanan kering yang menghasilkan remah-remah seperti kerupuk, kue, keripik, dan lain-lain, tidak cocok untuk berada di luar angkasa. Olahan seperti ini bisa melayang-layang dan mengenai mata astronot dan mengganggu peralatan penting.
Remah-remahnya dilabeli sebagai Foreign Object Debris (FOD) atau benda yang dapat menyebabkan kerusakan pada pesawat atau sistem. Selain makanan padat, es krim juga bisa menghasilkan remah-remah jika mengalami dehidrasi tinggi yang membuatnya retak.
Namun, Wu mengatakan, astronot masih bisa membawa makan yang rapuh dengan penggantinya. Misalnya, alih-alih produk roti biasa seperti roti gulung atau biskuit yang mudah pecah dan hancur, lab makanan NASA memberikan alternatifnya: tortilla.
"Tortilla sangat populer. Ini bukan benar-benar roti dengan ragi, tapi punya tujuan [mirip]," katanya. "Ini serbaguna, tapi tortilla tidak hancur seperti roti pada umumnya."
Namun, mengutip New Scientist, tahun 2017 para ilmuwan telah mengembangkan alat pembuat roti bebas remah dan bisa dioperasikan di antariksa. Perkembangan ini diharapkan bisa membantu mengubah peraturan terkait makanan untuk astronot.
Bumbu dan garam
Makanan terasa hambar tanpa bumbu dan garam yang membuat para astronot akan rindu santapan lezat. Sebab, garam dan bumbu serbuk di luar angkasa, jika dikocok, butirannya akan melayang sehingga bahayanya serupa dengan remah-remah.
Para ilmuwan NASA telah mencari jalan alternatif dengan membuat bumbu cair. Mereka melarutkan bahan-bahan itu dalam air, lada, dan minyak sebelum dikirim ke antariksa. Cara diterapkannya tentu bukan dikocok atau ditaburkan, melainkan garam dan bumbu ini bisa dilarutkan pada hidangan seperti saus.
Minuman berkarbonat
Minuman berkarbonat memiliki karbon dioksida yang terlarut, dan akan dibuang dari gas perut oleh manusia ketika bersendawa. Kendati demikian, karbonasi dan soda tidak terpisah dalam gayaberat mikro, sehingga gas gelembungnya akan susah dikeluarkan apa bila di ruang hampa gravitasi, terang Wu.
"Di lingkungan gayaberat mikro, bisa jadi sendawa basah karena gas dan cairan tidak cenderung terpisah secara otomatis," lanjutnya. "Ini jelas akan menjadi ketidaknyamanan." Apa bila karbon dioksida tertahan dalam tubuh, bisa berimbas pada gangguan kesehatan yang merugikan, terutama di dalam saluran pencernaan astronot.
Namun, spekulasi tentang bahayanya minuman bersoda di luar angkasa, belum dipahami betul konsekuensinya. Masih sulit untuk mengungkap konsekuensi pasti karena belum pernah diuji pada astronot secara aman, tentang bagaimana karbonasi dalam gayaberat mikro berpotensi membahayakan awak.
Alkohol
Biasa diminum untuk selebrasi pencapaian seperti bir, koktail, atau sampanye, alkohol justru dilarang dibawa. Larangan ini supaya awak ISS tetap fokus dan waspada untuk pekerjaannya di luar bumi.
Alasan lainnya, alkohol bisa berpotensi merusak Environmental Control and Life Support System (ECLISS) yang berfungsi untuk menyokong kehidupan di dalam kapal. ECLISS berguna untuk menyediakan udara dan air bersih di dalam stasiun dengan mendaur ulang urin, kondensasi kabin, dan produk limba lainnya.
Sementara alkohol, dengan bahan etanolnya bisa sangat mudah mudah menguap di luar angkasa. Cairan sepert ini bisa sangat sulit untuk didaur ulang dengan ECLISS yang standar kemurniannya begitu ketat, dan dapat mengganggu proses pencernaan alami astronot.
"Sistem itu sangat sensitif terhadap etanol," terang Wu. "Oleh karena itu, jika alkohol dikirim, itu akan menguap dan mengganggu sistem untuk meregenerasi udara dan air." Meski demikian, terkadang masih ada astronot yang bandel menyelundupkan minuman alkohol ke luar angkasa.